Konstruksi modular merupakan inovasi teknologi konstruksi yang menjanjikan efisiensi waktu, peningkatan kualitas, hingga dampak positif terhadap lingkungan. Namun, penerapannya di Indonesia masih terkendala oleh tingginya biaya awal, rendahnya utilisasi pabrik, serta belum terbentuknya permintaan yang stabil dan sistem industri yang terintegrasi. Pasar konstruksi modular di Indonesia masih bersifat project-based, di mana setiap proyek selesai tanpa adanya kesinambungan permintaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengevaluasi kelayakan bisnis dan merumuskan strategi transformasi pasar agar industri modular dapat berkembang secara optimal di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengevaluasi kelayakan bisnis konstruksi modular di Indonesia; serta (2) merumuskan strategi transformasi pasar konstruksi modular di Indonesia dari pendekatan project-based menjadi product-based.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif eksploratif, berdasarkan studi kasus dua perusahaan modular di Indonesia, yaitu PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk dan PT Adhi Persada Gedung. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan praktisi dan ahli modular, serta pengumpulan data sekunder dari studi literatur, laporan perusahan, dan laporan kebijakan. Evaluasi kelayakan bisnis dibagi menjadi dua bagian: (1) evaluasi internal industri, mencakup aspek finansial, operasional, regulasi, supply, dan demand; serta (2) evaluasi eksternal pasar, meliputi potensi pasar, segmentasi, arah perkembangan, dan tingkat penerimaan pasar. Analisis ini menjadi dasar penyusunan strategi menggunakan kerangka SWOT–TOWS, pemetaan model bisnis melalui Business Model Canvas (BMC), dan analisis efisiensi proses melalui Value Chain Analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi modular di Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang apabila ditopang oleh permintaan berskala besar, integrasi proses dari hulu ke hilir, serta regulasi yang mendukung. Saat ini, proses modular dijalankan secara terpisah oleh berbagai aktor tanpa sistem terintegrasi, menyebabkan inefisiensi, ketidakpastian kualitas, dan permintaan yang rendah. Oleh karena itu, penelitian ini merekomendasikan tiga strategi utama: (1) penciptaan pipeline permintaan yang besar dan berulang melalui intervensi pemerintah sebagai demand aggregator awal dan developer swasta untuk permintaan massal jangka panjang; (2) integrasi vertikal dan horizontal pelaku industri melalui kemitraan strategis, konsorsium, dan digitalisasi proses produksi; serta (3) penguatan regulasi dan kelembagaan melalui harmonisasi kebijakan, insentif fiskal, dan standarisasi teknis. Strategi ini dirancang untuk menjawab hambatan utama modular di Indonesia, yaitu ketiadaan skala ekonomi, permintaan yang tidak stabil, dan belum terbangunnya ekosistem industri yang solid. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi strategis dalam merumuskan kerangka pengembangan pasar modular nasional.
Perpustakaan Digital ITB