Penelitian ini merupakan studi parametrik mengenai perilaku seismik sistem
struktur terowongan pada lereng tanah yang ditujukan untuk memperluas
pemahaman tentang interaksi tanah–struktur di bawah pengaruh beban gempa.
Kajian ini disusun sebagai bentuk kontribusi dalam pengembangan ilmu
ketekniksipilan, khususnya pada bidang geoteknik dan rekayasa terowongan,
mengingat pentingnya aspek kestabilan lereng dan keandalan terowongan di
wilayah rawan gempa. Analisis dilakukan dengan pendekatan numerik
menggunakan metode elemen hingga (Plaxis 2D), yang dikombinasikan dengan
kajian literatur untuk memperkuat validasi hasil. Beberapa skenario pemodelan
disusun secara parametrik, meliputi kondisi flat ground dan sloping ground,
keberadaan maupun ketiadaan terowongan, serta variasi metode analisis, yaitu
pseudostatik dan dinamik dengan input gempa shallow crustal dan megathrust.
Parameter utama yang dikaji mencakup amplification factor, amplification factor
of tunnel (AFt), deformasi lereng, dan nilai racking yang terbentuk.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa metode pseudostatik cenderung
menghasilkan nilai racking yang lebih besar dibandingkan analisis dinamik,
sehingga memberikan estimasi yang lebih konservatif. Keberadaan terowongan
juga terbukti memperbesar deformasi racking sekaligus memengaruhi pola
perambatan gelombang seismik. Fenomena ini terlihat dari kecenderungan deamplifikasi
pada bagian mid-slope dan amplifikasi pada bagian crest slope. Selain
itu, nilai AFt pada kondisi sloping ground tercatat sekitar 10% lebih kecil
dibandingkan kondisi flat ground.
Perpustakaan Digital ITB