digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Darryl Francis
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER - Darryl Francis
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB I - Darryl Francis
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB II - Darryl Francis
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB III - Darryl Francis
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB IV - Darryl Francis
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB V - Darryl Francis
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA - Darryl Francis
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN - Darryl Francis
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar dengan konsumsi terbesar kedua di Indonesia. Namun, sistem budidaya ikan nila di Indonesia masih didominasi oleh metode konvensional dengan padat tebar yang rendah, kualitas air yang kurang terkontrol, serta kualitas dan kuantitas produksi yang tidak stabil. Pengembangan sistem akuakultur tertutup antara bioflok dan Recirculating Aquaculture System (RAS) diharapkan dapat menjadi alternatif untuk mengatasi masalah tersebut, dengan mengontrol kadar Total Ammonium Nitrogen (TAN), nitrit, dan nitrat yang bersifat toksik bagi ikan menggunakan kombinasi bakteri heterotrof pada bioflok dan bakteri nitrifikasi pada biofilter. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika komunitas mikroba yang terjadi pada air budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) pada sistem akuakultur tertutup Hybrid: Bioflok–Recirculating Aquaculture System (RAS) serta pengaruhnya terhadap performa budidaya. Penelitian ini dilakukan dalam empat langkah utama: (1) persiapan konsorsium mikroba heterotrof pembentuk bioflok dan konsorsium mikroba nitrifikasi; (2) persiapan, pengkondisian, dan pemasangan komponen sistem RAS dan bioflok; (3) aklimatisasi ikan dari tingkat air bioflok 0%, 10%, lalu 30% dengan selang waktu 24 jam; (4) budidaya ikan selama 60 hari diikuti dengan analisis parameter fisika kimia air, dinamika komunitas mikroba, dan parameter biologis, serta analisis data menggunakan t-test dan one-way ANOVA. Sistem Hybrid dilakukan dengan menggabungkan komponen RAS dan bioflok. Tanki kultivasi ikan dikondisikan dengan penambahan komponen mikroba heterotrof pembentuk bioflok selama 24 jam, sementara biofilter dikondisikan dengan dari tingkat NH4Cl 5 ppm menjadi 200 ppm secara berkala. RAS dioperasikan setiap 48 jam dengan durasi 2 jam. Parameter kualitas air selama masa budidaya berada dalam batas toleransi, serta menunjukkan bahwa sistem Hybrid: Bioflok-RAS mampu mempertahankan kualitas air lebih baik dibandingkan sistem kontrol bioflok dengan perbedaan yang signifikan (p < 0,05) untuk kadar TAN (1,15 ± 1,78 dan 2,38± 3,43 ppm) dan kadar nitrit (1,3 ± 1,0 dan 2,4± 1,6 ppm). Pada akhir masa budidaya, sistem Hybrid: Bioflok-RAS memiliki nilai diversitas mikroba total yang lebih rendah serta nilai dominansi yang lebih besar dibandingkan kontrol bioflok berdasarkan indeks Shannon (0,57 ± 0,10 dan 0,890 ± 0,16) dan Simpson (0,70 ± 0,24 dan 0,47 ± 0,13), serta dinamika komunitas mikroba yang relatif stabil berdasarkan dendogram komunitas mikroba menggunakan metode Bray-Curtis dissimilarity. Hasil analisis statistik menunjukkan performa pertumbuhan pada sistem Hybrid: Bioflok-RAS yang lebih baik dibandingkan kontrol bioflok dengan total biomassa akhir (10,4 ± 0,3 dan 8,9 ± 0,5 kg) yang berbeda secara signifikan (p< 0,05), serta tingkat kesintasan (83,7 ± 0,9 dan 79,3 ± 0,9 %) dan rasio konversi pakan (1,9 ± 0,1 dan 2,3 ± 0,1) yang tidak berbeda secara signifikan (p> 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa sistem Hybrid: Bioflok-RAS memiliki produktivitas dan efektivitas budidaya yang lebih baik dibandingkan sistem kontrol bioflok, yang didukung oleh dinamika komunitas mikroba yang lebih stabil dan parameter kualitas air yang lebih baik. Secara keseluruhan, penerapan sistem Hybrid: Bioflok-RAS dapat menjaga kualitas air dengan lebih baik dengan profil komunitas mikroba air kultur yang lebih stabil dan meningkatkan performa budidaya ikan nila, serta berpotensi untuk diaplikasikan pada skala produksi yang lebih besar.