digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penerapan regulasi ReFuelEU Aviation oleh Uni Eropa mewajibkan seluruh maskapai yang terbang dari bandara Eropa untuk menggunakan campuran Sustainable Aviation Fuel (SAF) secara bertahap hingga 2050. Garuda Indonesia sebagai maskapai non Eropa yang mengoperasikan rute Amsterdam–Jakarta dihadapkan pada tantangan signifikan, terutama dari sisi biaya operasional akibat tingginya harga SAF dibandingkan avtur konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mensimulasikan dampak penggunaan SAF terhadap struktur biaya bahan bakar dan harga tiket, serta mengeksplorasi potensi kompensasi karbon berbasis skema REDD+. Metodologi yang digunakan mencakup pengumpulan data teknis dan ekonomi dari laporan Garuda Indonesia, EASA, dan REDD+ UNFCCC, serta pemodelan simulatif berdasarkan proyeksi blending rate SAF hingga tahun 2050. Hasil simulasi menunjukkan bahwa beban tambahan akibat SAF dapat meningkatkan harga tiket ekonomi hingga 97 EUR per kursi pada tahun 2050, namun skema kompensasi karbon senilai 0,048 EUR/kg CO? dari REDD+ dapat secara signifikan mengurangi beban tersebut, khususnya pada kelas ekonomi. Penelitian ini merekomendasikan strategi adaptif berupa kebijakan subsidi karbon, penguatan kemitraan book and claim, serta keterlibatan Indonesia dalam pasar karbon internasional guna menjaga daya saing maskapai nasional.