Indonesia terletak pada zona tektonik yang kompleks, dikelilingi oleh batas pertemuan beberapa lempeng tektonik utama, sehingga menjadikannya salah satu wilayah dengan tingkat seismisitas tertinggi di dunia. Kondisi tektonik ini menegaskan pentingnya kajian mendalam mengenai sesar aktif sebagai langkah strategis dalam mitigasi bahaya dan pengurangan risiko gempabumi. Sesar Matano, yang membentang dari arah barat laut ke timur sepanjang ~170 km, merupakan salah satu sesar aktif di Sulawesi yang memiliki mekanisme pergerakan mendatar sinistral akibat pergerakan Lempeng Pasifik ke arah barat relatif terhadap lempeng Australia. Wilayah penelitian terletak di bagian barat Sesar Matano, tepatnya pada segmen Pewusai, yang tidak memiliki banyak informasi kegempaan seperti laju pergeseran, jejak sesar di permukaan, dan sejarah gempa purba. Sementara itu, identifikasi sesar aktif diperlukan untuk menentukan lokasi aman untuk pengembangan infrastruktur dan lainnya. Studi ini menggunakan studi paleoseismologi dalam menganalisis bukti keberadaan sesar aktif di daerah penelitian. Studi paleoseismologi ini meliputi studi penginderaan jauh menggunakan LiDAR, studi geolistrik resistivitas, uji paritan dan uji penanggalan radiokarbon. Analisis bahaya seismik deterministik (Deterministic Seismic Hazard Analysis/DSHA) juga dilakukan pada daerah penelitian guna memberikan informasi tentang bahaya gempabumi yang dapat digunakan untuk kebutuhan rekayasa ke depannya.
Studi ini menghasilkan interpretasi garis sesar baru yang diidentifikasi pada Segmen Pewusai Sesar Matano, serta ditemukan bahwa interpretasi garis sesar ini berbeda dengan garis sesar PusGeN. Garis sesar baru diperoleh dari interpretasi gambar LiDAR dan diperdalam menggunakan hasil penampang resistivitas 2D. Garis interpretasi sesar menggunakan LiDAR berbelok ke arah timur dari garis interpretasi sesar PuSGeN sebelum kembali menyatu di bagian tenggara daerah penelitian. Hasil tersebut diperkuat dari citra LiDAR yang menunjukkan kelurusan struktur yang mengarah Barat Laut-Tenggara di bagian timur dari daerah penelitian. Hasil penampang resistivitas 2D menunjukkan bahwa ada indikasi sesar yang memanjang di sepanjang kelurusan garis sesar aktif hasil interpretasi menggunakan LiDAR. Dari hasil paritan dan uji penanggalan karbon, diidentifikasi dua peristiwa sesar permukaan dari hasil penggalian. Penanggalan sesar yang termuda adalah lebih muda dari 1030 AD dan 1115 AD, hasil tersebut menyatakan bahwa sesar pada tersebut termasuk dalam waktu Holosen (< 11.000 tahun BP). Hasil ini memperkuat interpretasi garis sesar adalah sesar aktif. Untuk bahaya seismik daerah
penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian termasuk daerah bahaya tinggi karena memiliki nilai PGA senilai > 0,5 g.
Perpustakaan Digital ITB