Sesar Garsela merupakan sesar yang berpusat di daratan yang terletak di sebelah selatan
Cekungan Bandung. Sesar ini tercatat sebagai sesar aktif dalam Peta Sumber Bahaya
dan Gempabumi Indonesia Tahun 2017. Keberadaan Sesar Garsela terbagi menjadi dua
segmen yaitu Rakutai dan Kencana. Segmen Rakutai ditutupi oleh endapan vulkanik
Kuarter dan dikelilingi oleh gunungapi aktif seperti Gunung Papandayan dan Gunung
Guntur. Pada Segmen Kencana tersusun dari perbukitan dengan litologi batuan Tersier.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola kelurusan dan keberadaan Sesar
Garsela berdasarkan morfologi dan mengetahui keterkaitan Sesar Garsela berdasarkan
geologi dan aktivitas kegempaan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif dengan ekstraksi kelurusan secara manual dan otomatis dari pengolahan citra
DEMNAS ke dalam bentuk hillshade. Selanjutnya, kelurusan dikelompokkan dalam
grid menjadi densitas kelurusan. Untuk mendukung keberadaan sesar, maka diamati
secara geomorfologi. Kelurusan sesar yang diperoleh selanjutnya dianalisis dari sisi
geologi dan kegempaannya. Data yang digunakan adalah citra DEMNAS (Digital
Elevation Model) yang diluncurkan oleh Badan Informasi Geospasial dengan resolusi
8 m, citra udara Google Earth, data kegempaan dari tahun 2009 – 2016, dan peta
geologi dari penelitian sebelumnya.
Penarikan kelurusan secara manual di bagian selatan daerah penelitian lebih banyak
ditemukan karena terdiri dari perbukitan dan lembahan yang menerus. Di bagian utara
ditemukan lebih sedikit kelurusan disebabkan tertutupi endapan vulkanik. Arah barat
daya – timur laut merupakan arah kelurusan paling dominan yang diamati secara
manual. Penarikan secara otomatis jumlah kelurusannya lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah kelurusan struktur pada peta geologi regional. Akan tetapi, tidak semua
kelurusan yang dihasilkan oleh metode ekstraksi otomatis ini merepresentasikan
struktur geologi seperti sesar dan rekahan. Analisis densitas kelurusan dengan nilai
terendah pada peta densitas kelurusan manual adalah 0 dan tertinggi adalah 312,
sedangkan nilai densitas terendah kelurusan otomatis adalah 0 dan tertinggi adalah 537.
Perbedaan ini disebabkan kerapatan kelurusan hasil ekstraksi otomatis lebih tinggi
daripada manual yang diukur pada tiap kotak grid piksel. Analisis morfologi dilakukan
pada dua lokasi pengamatan yang menunjukkan adanya indikasi sesar seperti kelokan sungai dan kelurusan lembahan serta punggungan. Indikasi ini ditemukan pada bagian
selatan daerah penelitian, sedangkan bagian utara tidak ditemukan adanya indikasi
sesar.
Secara geologi, bagian selatan daerah penelitian terdiri atas gugus perbukitan yang
rapat tersusun dari batuan vulkanik Tersier. Pada bagian utara, litologi tersusun oleh
material endapan vulkanik Kuarter. Tingkat erosi dan ketebalan endapan vulkanik di
bagian utara memungkinkan kelurusan sesar tidak muncul ke permukaan. Keberadaan
Sesar Garsela ini dapat diperkuat oleh aktivitas gempabumi dengan rentang magnitudo
2,5 – 4,6 dengan kedalaman 4 – 27 km. Penyebaran titik gempa ke arah timur diduga
akibat kemiringan sesar lebih dari 60° ke arah timur. Kelurusan yang mungkin menjadi
bidang sesar sesuai dengan mekanisme fokus gempa adalah kelurusan berarah barat
daya – timur laut dengan azimut hampir 20°.