digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PLN berperan aktif dalam mendukung transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) yang telah dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah melalui peningkatan kapasitas terpasang pembangkit terbarukan dan program dedieselisasi. Pulau Karanrang yang mana sistem kelistrikannya saat ini masih bergantung pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) menjadi salah satu wilayah yang masuk dalam program dedieselisasi. Rencana pengembangan pembangkit di Pulau Karanrang mencakup integrasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan ekspansi kapasitas PLTS sebagai alternatif untuk mengurangi jam operasional PLTD. Dalam rangka mendukung program dedieselisasi, yaitu pengalihan pembangkit listrik dari berbasis diesel ke energi surya baik secara penuh maupun sebagian, diperlukan kajian menyeluruh dari sisi teknis, ekonomis maupun lingkungan. Tujuannya adalah untuk menentukan konfigurasi sistem yang paling optimal yang dilakukan dengan bantuan perangkat lunak PVsyst, HOMER, dan DIgSILENT. Terdapat empat skenario konfigurasi yang dianalisis, yaitu: ( 1) PLTD – PLTS Eksisting, (2) PLTD-PLTS eksisting-PLTS baru, (3) PLTD-PLTS eksisting-PLTS baru - Baterai, dan (4) Konfigurasi optimalisasi PLTD-PLTS eksisting-PLTS baru - Baterai. Berdasarkan hasil kajian, skenario yang paling optimal dan berkelanjutan untuk diimplementasikan di pulau karanrang adalah skenario 3, yaitu kombinasi PLTD-PLTS eksisting-PLTS baru-Baterai. Konfigurasi ini terdiri dari sistem hybrid yang menggabungkan pembangkit PLTD (100 kW), pembangkit tenaga surya sebesar 382 kWp dan baterai berkapasitas 1.000 kWh. Dari sisi ekonomi, skenario ini memberikan hasil paling optimal dengan nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 19,89% dan Payback Period selama 4,7 tahun. Total biaya investasi (NPC) mencapai 2,90 M USD dan Levelized Cost of Energy (LCOE) sebesar $0,219. Selain efisiensi biaya, konfigurasi ini juga mendukung pemanfaatan energi terbarukan dengan fraksi EBT mencapai 55,6%, yang mampu menurunkan konsumsi bahan bakar hingga 48,26% dan mengurangi emisi CO? hingga 48%. Dari sisi teknis, tegangan dan frekuensi yang dihasilkan sistem ini berada dalam rentang yang sesuai dengan regulasi, yaitu tegangan rata-rata sebesar 0,3992 kV dan frekuensi 50,006 Hz.