Lapangan panas bumi Patuha Unit 2 berada pada pad yang sama dengan Unit 1, tetapi memiliki lintasan sumur yang berbeda. Data sebelumnya mencatat adanya proses pendidihan, pemanasan, serta indikasi intrusi magmatik di PPL-7, sehingga membuka peluang adanya kontribusi fluida magmatik pada sistem ini. Penelitian ini meninjau ulang kondisi termal Unit 2 menggunakan analisis inklusi fluida yang dianggap lebih presisi dibandingkan geotermometer alterasi, mengingat heterogenitas lateral–vertikal serta pengaruh campuran air meteorik yang dapat memperlebar rentang estimasi suhu. Tujuannya adalah memetakan evolusi termal melalui distribusi temperatur homogenisasi (Th), membedakan liquid-rich dan vapor-rich untuk mengenali jejak pendidihan, menilai kontribusi magmatik berdasarkan salinitas, serta menyusun rekomendasi area prospek. Data yang digunakan berupa coring dan cutting berjumalh 4 sumur dengan 2 kedalaman berbeda dalam satu sumur yakni sumur 9Z (1471,47 dan 1471,5 mMD), 4W (1616,7 dan 1617,7 mMD), 7Y (1464,05 dan 1464,95 mMD), 6Z (1480 dan 1480,2 mMD). Metodenya meliputi mikrotermometri pada sayatan ganda (penentuan temperatur homogenisasi dan salinitas dari temperatur peleburan), klasifikasi tipe inklusi, dan integrasi dengan log temperatur untuk menyusun kontur isotermal berbasis modus temperatur homogenisasi. Hasil utama menunjukkan 9Z memiliki Th rata-rata ~270°C dengan salinitas 2–3% dan inklusi dua fasa dengan vapor-rich, 4W merekam Th 250–270°C dengan salinitas 3–12% dan vapor-rich (jejak magmatik kuat), 7Y menampilkan dua episode kontras (1464,05 mMD: Th ~220°C, 1–2%; 1464,95 mMD: Th hingga ~340°C, salinitas sampai ~21% dan vapor-rich intens), sedangkan 6Z umumnya Th ~220°C dengan salinitas 1–2%. Dari analisis juga menunjukkan bahwa sumur 4W (modus Th 280°C) dan 9Z (270°C) merupakan zona bersuhu tinggi yang prospektif. Sumur 9Z memperlihatkan indikasi pemanasan lokal dengan salinitas rendah, sementara 4W merekam episode boiling diikuti pendinginan. Sebaliknya, 6Z menunjukkan tren dilusi yang kuat akibat masuknya air meteorik, sedangkan 7Y merepresentasikan kondisi menengah dengan indikasi boiling lokal. Implikasi geotermalnya menunjukkan bahwa reservoir aktif cenderung menyempit ke arah barat laut (4W dan 9Z), dengan tren boiling dan pemanasan dari tenggara ke barat laut. Sementara itu, tren pendinginan dan mixing terdistribusi ke arah timur dan selatan (6Z dan 7Y).
Perpustakaan Digital ITB