digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Timor Barat mempunyai tantangan cukup berat pada PJP II karena keadaan perekonomiannya terkebelakang dan termasuk wilayah yang berkembang lamban. Untuk mengatasi tantangan tersebut, sesuai kebijaksanaan dalam GBHN 1998, maka pembangunan ekonomi akan dilaksanakan berdasarkan pengembangan faktor-faktor dominan wilayah yang memunculkan comparative dan competitive advantage. Potensi pertanian Timor Barat dominan lahan kering, sehingga dapat menjadi alternatif sumber utama pertumbuhan ekonomi wilayah. Dari potensi seluas 725.300 ha 58 % telah dimanfaatkan untuk perladangan, perkebunan dan padang penggembalaan. Hasil pengelolaan belum optimal dengan indikasi rendahnya ekspor dan menurunnya kontribusi pertanian dalam perekonomian wilayah. Dilain pihak daya serap tenaga kerja mencapai 76,65 % dengan pertumbuhan 6,95 % atau meningkat di atas rata-rata sektor. Berdasarkan hal tersebut perlu peningkatan pengembangan pertanian lahan kering untuk berperan lebih optimal dalam pengembangan wilayah. Pertumbuhan wilayah ditentukan kemampuan wilayah menghasilkan produksi ekspor dan substitusi impor. Ekspor wilayah akan mendorong; (1) tumbuhnya local multiplier, (2) keterkaitan (linkages), (3) peningkatan integrasi wilayah, dan (4) integrasi antar wilayah melalui perdagangan. Sedangkan substitusi impor mengurangi kebocoran (leakages) sumber pertumbuhan wilayah akibat impor. Sehubungan dengan itu, pendekatan pengembangan wilayah dengan basis pertanian lahan kering yang dilaksanakan harus menghasilkan sinergi aspek endogenous dan aspek exogenous yang dapat meningkatkan sumber pertumbuhan tersebut. Bertolak dari keadaan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji prospek pengembangan wilayah Timor Barat dengan basis pertanian lahan kering yang dapat menjamin pengembangan wilayah secara optimal dan berkesinambungan. sedangkan sasaran penelitian yaitu; (i) identifikasi komoditas pertanian lahan kering yang paling potensial dikembangkan dan (ii) menentukan aktifitas spesifik kabupaten dan aktifitas bersama dalam pengembangan wilayah Timor Barat dengan basis pertanian lahan kering. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, digunakan tahapan pendekatan utama sebagai berikut:1. Menganalisis kemampuan produksi dan luas areal berbagai jenis komoditas pertanian lahan kering di Timor Barat, dimana menghasilkan komoditas basis utama yang berpeluang paling besar dalam pengembangan wilayah yaitu; sapi potong, jagung, ubi kayu, kelapa dan kemiri.2. Penentuan prospek komoditas basis utama pertanian lahan kering dalam pengembangan wilayah Timor Barat dilakukan dengan analisis penyediaan (supply), permintaan (demand) dan keterkaitan (linkages). Urutan prospek komoditas untuk wilayah Timor Barat sebagai berikut; prospek penyediaan; sapi potong, jagung, ubi kayu, kelapa dan kemiri. Urutan prospek permintaan dan keterkaitan sama yaitu; sapi potong, jagung, kelapa, kemiri dan ubi kayu.Pertanian lahan kering belum menunjukkan kemampuan yang signifikan dalam pengembangan wilayah dibandingkan potensinya. Sehubungan dengan itu peranan komoditas basis utama perlu ditingkatkan melalui peningkatan; ekspor, nilai tambah produksi, local multiplier, keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lainnya. Pentingnya peningkatan kemampuan tersebut karena komoditas basis utama menjadi sumber penghidupan sebagian besar penduduk sehingga pengaruhnya besar terhadap perkembangan wilayah. Sebagai upaya mencari kemungkinan peningkatan kemampuan komoditas basis utama, diperlukan pendekatan pengembangan wilayah (regional development) sebagai berikut; (i) pengembangan sumberdaya alam melalui; peningkatan produktivitas di Kabupaten Timor Tengah Selatan, peningkatan produktivitas dan perluasan areal di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu, dan perluasan areal di Kabupaten Kupang; (ii) meningkatkan aksesibilitas internal dan aksesibilitas eksternal untuk meningkatkan kegiatan ekspor wilayah; (iii) pengembangan industri pengolahan komoditas basis utama dengan memanfaatkan kawasan Industri Bolok, dan (iv) pengembangan kewirausahaan lokal yang mendukung pengelolaan sumberdaya secara efisien.