1989 DIS PP MULIAWATI SINDUMARTA 1-COVER.pdf
1989 DIS PP MULIAWATI SINDUMARTA 1-BAB 1.pdf
1989 DIS PP MULIAWATI SINDUMARTA 1-BAB 2.pdf
1989 DIS PP MULIAWATI SINDUMARTA 1-BAB 3.pdf
1989 DIS PP MULIAWATI SINDUMARTA 1-BAB 4.pdf
1989 DIS PP MULIAWATI SINDUMARTA 1-BAB 5.pdf
1989 DIS PP MULIAWATI SINDUMARTA 1-BAB 6.pdf
1989 DIS PP MULIAWATI SINDUMARTA 1-PUSTAKA.pdf
Abstrak:
Kematian dan luka akibat gigitan ular berbisa, terjadi di hampir seluruh bagian dunia, terutama di bagian dunia yang beriklim tropis. Di daerah ini, persoalannya sudah menjadi persoalan kesehatan yang perlu mendapat perhatian. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1981, bahkan di Amerika Serikatpun masih terdapat 8.000 korban gigitan ular setiap tahunnya. Di antara jumlah tersebut, 12 korban meninggal, karena tidak mendapat pengobatan yang selayaknya, atau karena cara pengobatan yang salah. Di Asia Tenggara, dilaporkan terdapat 2.500 korban yang meninggal akibat gigitan ular berbisa setiap tahunnya. Angka kematian sangat tinggi di Burma, India, Philipina, Sri Langka dan Thailand. Laporan mengenai data statistik yang berkaitan dengan jumlah kematian akibat gigitan ular di Indonesia belum ada, tetapi diperkirakan keadaannya lebih parah.
Enzim merupakan komponen utama di dalam bisa ular. Untuk mengetahui hubungan antara akibat gigitan ular dengan korbannya, maka perlu dipelajari berbagai macam enzim yang terkandung di dalam bisa ular, sehingga di kelak kemudian hari diharapkan dapat diproduksi antidotumnya yang tepat. Penelitian ini hanya dipusatkan pada satu macam enzim, yaitu fosfolipase A2 (PLA2) (fosfatidat-2-asilhidrolase, EC 3.1.1.4).
Fosfolipase A2 diisolasi dari bisa ular tanah (CaLtoseLasma rhodostoma) dengan cara bertahap seperti berikut Bisa ular difraksinasi melalui kolom gel Sephadex G-75, kemudian dilakukan filtrasi gel lewat Sephadex G-100 dan akhirnya dikromatografi lewat kolom DEAE-selulosa. Pada kromatografi penukar ion ini, digunakan elusi gradien dua tahap. Fosfolipase Az yang diperoleh ternyata homogen setelah dielektroforesis dengan SDS gel poliakrilamida pada PH 7,0. Penentuan bobot molekul enzim tersebut pada kondisi terdenaturasi atau tereduksi dengan p-merkaptoetanol, secara elektroforesis SDS gel poliakrilamida adalah 22.000. Bila ditetapkan secara analitik dengan menggunakan Sephadex G 100, maka diperoleh bobot molekul sebesar 22.100. Karena bobot molekul fosfolipase Az yang didapat dengan kedua cara tersebut hampir sama, maka dapat disimpulkan bahwa bobot molekul fosfolipase Az dalam bentuk terdenaturasi atau tereduksi sama besarnya dengan bobot molekul enzim asli. Dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa fosfolipase A2 merupakan suatu senyawa protein monomer.
Perpustakaan Digital ITB