digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2008 TA PP GEMA WAHYUDI PURNAMA 1.pdf
PUBLIC Vika Anastasya Kovariansi

Sinyal seismik yang merekam kondisi bawah permukaan merupakan sinyal non-stationer, dalam arti data tersebut memiliki wavelet dan frekuensi yang berubah terhadap waktu. Di sisi lain, pengaruh atenuasi akibat litologi mengakibatkan frekuensi sinyal seismik berkurang terhadap waktu. Hal ini mengakibatkan berkurangnya resolusi sinyal seismik. Untuk mengatasi keterbatasan ini diterapkan metoda S-Transform yang mampu mendekomposisi spektrum dalam waktu dan frekuensi. Salah satu kasus di dalam metode seismik refleksi terjadi pada saat gelombang seismik melewati lapisan tipis (thin bed). Respon dari sinyal seismik akan menunjukkan adanya interferensi sinyal akibat keberadaan dua bidang batas pada lapisan tipis tersebut. Efek tunning merupakan fenomena interferensi sinyal seismik yang terjadi saat kita sudah tidak dapat lagi membedakan batas atas dan batas bawah dari suatu lapisan. Dengan menggunakan metoda Integrate yang merupakan hasil kumulatif dari penjumlahan amplitudo pada satu trace seismik, efek tuning pada data sintetik tidak bercampur bising dapat dihilangkan. Akan tetapi dengan pencampuran bising 10%, tuning efek tidak terlalu dapat dihilangkan. Kelemahan metoda integrate, diatasi dengan menggunakan metoda S-Transform. Melalui metoda ini, model sintetik lapisan tipis membaji bercampur bising 10% dapat memperlihatkan pemisahan lapisan tipis tersebut.