Pada tahun 2020, pandemi menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Menyikapi situasi
tersebut, pemerintah Indonesia memberlakukan serangkaian pembatasan sosial berskala besar
(PSBB), termasuk menutup sebagian besar tempat umum dan mencegah pelanggan film
menonton film di bioskop. Hal tersebut membuat Movitix tidak dapat menjual tiket kepada
para pelanggan. Pandemi mengubah kebiasaan masyarakat dalam melakukan aktivitas dari
offline menjadi online. Namun demikian, meski pada tahun 2021 pemerintah telah mencabut
pembatasan sosial dan membuat pelanggan film bioskop kembali ke bioskop, penjualan
Movitix belum kembali normal. Penjualan tiket secara offline masih mendominasi penjualan
tiket bioskop secara keseluruhan.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat penonton kembali ke bioskop dengan membeli tiket
melalui Movitix dengan fokus pada analisa faktor-faktor yang mempengaruhi pengguna
dalam membeli tiket bioskop. Analisa dalam penelitian ini menggunakan beberapa model,
termasuk Decision Making Process Model, STP Model, Golden Circle Model, Pricing
Strategy Model, dan 5A Marketing Model.
Mengacu pada hasil penelitian, Movitix perlu melakukan beberapa inisiatif pemasaran untuk
menarik pelanggan menggunakan Movitix. Tidak hanya pemasaran secara online, Movitix
perlu memperkuat pemasaran secara offline untuk dapat menarik perhatian pelanggan offline.
Dalam hal pembayaran, Movitix perlu membuka metode pembayaran selain Uang untuk
melayani pelanggan yang menggunakan metode pembayaran lain. Untuk menyikapi beberapa
pihak yang membuat promosi harga tiket offline, Movitix perlu melakukan kerjasama dengan
para pihak tersebut untuk dapat juga memberikan promosi online.
Perpustakaan Digital ITB