Dendrobium spectabile adalah salah satu spesies anggrek endemik di Papua dan Papua Nugini yang diketahui sulit untuk berbunga, dibutuhkan setidaknya 4-5 tahun untuk berbunga. Dendrobium spectabile banyak dieksploitasi karena keunikan bentuk bunganya, sehingga pada saat ini masuk ke dalam daftar spesies terancam punah. Kultur in vitro dapat digunakan untuk upaya konservasi tanaman secara ex situ, termasuk untuk tanaman D. spectabile. Salah satu faktor yang cukup penting dalam kultur in vitro yang digunakan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan diferensiasi pada multiplikasi eksplan adalah komposisi nutrisi dalam media. Bahan organik, seperti air kelapa muda, ekstrak pisang, dan ekstrak tomat, dapat ditambahkan ke dalam media untuk menggantikan penggunaan bahan sintetis. Pada penelitian ini, air kelapa muda ditambahkan pada media Murashige dan Skoog (MS) untuk menentukan pengaruh konsentrasi air kelapa muda pada pertumbuhan dan diferensiasi eksplan D. spectabile. Eksplan D. spectabile berupa protokorm hasil perkecambahan biji, yang berumur 16-17 minggu. Eksplan kemudian ditanam pada media MS dengan 6 perlakuan, yaitu MS tanpa penambahan apapun (kontrol negatif), MS dengan penambahan BAP 2 mg/L (kontrol positif), penambahan air kelapa muda 50 mL/L, 100 mL/L, 150 mL/L, atau 200 mL/L. Selanjutnya eksplan diinkubasi pada suhu 20°C dengan pencahayaan lampu LED putih dan dilakukan pengamatan pertumbuhan dan diferensiasi eksplan selama 16 minggu. Data yang diamati berupa pembentukan PLB (protocorm-like bodies), serta diferensiasi tunas dan daun baru yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan PLB dengan rata-rata tertinggi diperoleh pada media MS dengan penambahan BAP (4,86±2,67), meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada media kontrol positif maupun dengan penambahan air kelapa, diferensiasi tunas mulai terlihat sejak minggu kedua setelah penanaman eksplan. Pembentukan tunas dengan rata-rata tertinggi ditunjukan pada media dengan penambahan air kelapa muda 200 mL/L (5,14±1,68), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Diferensiasi daun mulai terlihat sejak minggu kedua setelah penanaman eksplan. Pembentukan daun dengan rata-rata tertinggi ditunjukan pada media dengan penambahan air kelapa muda 50 mL/L (12,00±2,38) dan hasil ini berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol negatif maupun kontrol positif. Selain itu, eksplan pada media dengan penambahan air kelapa muda terlihat berwarna lebih hijau dan tidak mengalami pencoklatan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa media dengan penambahan air kelapa muda 50 mL/L merupakan media dengan komposisi terbaik untuk memicu diferensiasi tunas dan daun D. spectabile dibandingkan dengan media kontrol positif maupun kontrol negatif.
Perpustakaan Digital ITB