Hunian merupakan salah satu kebutuhan primer bagi setiap manusia. Permasalahan
hunian di Indonesia meliputi keterbatasan kemampuan untuk menjangkau hunian
yang layak, kondisi lingkungan kumuh dan lain sebagainya. Di sisi lain terdapat
ketimpangan antara kebutuhan dan ketersediaan hunian, khususnya di Kab. Klaten
di tengah tingginya kebutuhan perumahan namun faktanya rumah kosong dan
rumah tidak layak huni masih terjadi. Berdasarkan data BPS Kab. Klaten pada
Tahun 2020 terdapat 32.098 rumah kosong yang ditinggal oleh penghuninya,
sedangkan rumah layak huni tersebar merata di setiap kecamatan di Kab. Klaten.
Permasalahan hunian yang terjadi khususnya di Kab. Klaten yaitu adanya upaya
renovasi besar besaran dalam hunian, seperti penambahan lantai yang harus
membongkar struktur utama.
Tesis ini berfokus pada studi model pengembangan rancangan hunian dengan
sistem tumbuh, di mana penghuni mendapat gambaran pengembangan hunian
dengan kualitas yang baik sesuai dengan preferensinya namun dengan biaya
terjangkau. Hunian tumbuh merupakan hunian yang telah direncanakan agar dapat
berkembang. Hunian tumbuh terdiri dari dua bagian yaitu bagian inti dan tumbuh,
pengembangan hunian dapat dilakukan ke atas, ke samping, ke belakang dan ke
depan. Hunian tumbuh akan mudah berkembang jika terdapat modul sistem yang
telah direncanakan. Sistem modul dikembangkan berbasis studi modul ruang
tradisional yang ada, modul aktivitas, dan modul bahan bangunan sebagai bagian
dari prinsip rumah tumbuh yang khas pada konteks studi.
Metode penelitian dilakukan dengan penyebaran kuesioner daring tentang
preferensi masyarakat Kabupaten Klaten terkait hunian dan diiringi studi literatur
terkait rumah tumbuh, sistem modul dan hunian yang layak. Hasil akhir penelitian
berupa kriteria dan model desain rumah tumbuh yang sesuai dengan preferensi
masyarakat Kab. Klaten.