digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Mohamad Muqoffa
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Jender sebagai suatu konstruk sosial di tiga keluarga bangsawan Jawa di Surakarta, pada kenyataanya dipahami dan diartikulasikan secara luwes, baik di dalam konteks perilaku sosial maupun makna sebuah dalem. Fenomena tersebut memunculkan suatu pertanyaan, apakah makna jender bagi bangsawan penghuni dalem, dan bagaimana mereka mengkonstruksikannya ke dalam perilaku sosial yang kasat mata dan tatanan arsitektur dalem. Tujuan tesis ini yakni memahami bagaimana jender dikonstruksikan oleh bangsawan penghuni dalem ke dalam tatanan arsitektut dalem. Untuk itu focus dari tesis ini adalah dunia konseptual bangsawan, yang berupa pernyataan, sikap, tindakan, hunian dan elemennya sebagai artifak. Sebagai suatu konstruk sosial, jender dijadikan dasar untuk membedakan peran laki-laki dan perempuan. Sehingga konsep jender dalam suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat yang lain. Konsep jender berbeda dengan seks yang dapat dikenali dari perbedaan fisiologis biologis, jender cenderung bersifat abstrak, serta ditandai dengan maskulinitas dan feminitas. Dalem Bangsawan yang dijadikan situasi sosial penelitian adalah dalem yang masih dihuni oleh keturunan bangsawan yang bersangkutan dan secara fisik masih dapat ditelusuri. Dari 43 dalem yang ada di Surakarta, ternyata hanya 3 dalem yang masih utuh dan dihuni oleh bangsawan yang bersangkutan, yakni : Dalem Mloyokusuman, Dalem Padmonegaran dan Dalem Purwodiningratan Tesis ini dibangun dan dikembangkan berdasarkan informasi dari bangsawan yang menghuni dalem. Informasi diperoleh dengan melakukan wawancara yang berulang-ulang, dan kemudian diamati bagaimana mereka berkegiatan dan aktualisasinya pada fisik dalem. Pernyataan yang sudah diperoleh ditanyakan ulang (triangulasi) kepada narasumber dan kepada pihak-pihak yang dianggap mengetahui. Setelah melalui proses pengumpulan informasi secara siklis, lalu dipetakan (kategorisasi dan klasifikasi) serta selanjutnya direpresentasikan. Karena seluruh dalem sudah dihuni oleh beberapa generasi, bahkan saat ini yang menghuni ketiga dalem tersebut juga terdiri dari beberapa generasi yang berbeda, maka perlu mendudukkan permasalahan penelitian dalam konteks dinamika perubahan sosial. Terdapat dua aras dimana aspek jender masuk ke dalam dunia konseptual bangsawan. Aras pertama adalah matra fisik, yang berujud pola spasial, pemisahan spasial, perabotan, dan elemen dalem lainnya. Aras kedua adalah matra perilaku sosial yang imbasnya pada kegiatan sehari-hari. Dalem sebagai suatu legitimasi stratifikasi sosial sudah cukup menunjukkan berlakunya perbedaan jender, karena seorang sunan hanya memberikan sebuah dalem kepada anak laki-laki, bukan anak perempuan, atau kepada pihak yang dianggap berjasa pada kerajaan, yang biasanya juga seorang laki-laki. Semua narasumber sepakat bahwa meskipun dahulu terdapat tatanan pemisahan spasial atas dasar jender, namun sekarang pemisahan tersebut lebih karena pertimbangan kepraktisan daripada aspek jender. Menurut para bangsawan penghuni ketiga dalem, jender pada konstelasi masa kini tidak harus dikonstruksikan seperti masa lalu, di mana dalam banyak hal didasari oleh ketidakadilan jender.