Peningkatan populasi penduduk di kawasan perkotaan mengakibatkan peningkatan
kebutuhan akan tempat tinggal. Dengan ketersediaan lahan perkotaan yang semakin
terbatas, maka kebutuhan tersebut dapat dipenuhi melalui pembangunan hunian
vertikal. Apartemen kelas murah dan menengah menjadi golongan apartemen yang
paling diminati karena sesuai dengan kemampuan ekonomi dari mayoritas
masyarakat. Dengan demikian, pembangunan apartemen kelas murah dan
menengah di Indonesia akan terus berkembang dan salah satunya terjadi di Kota
Bandung. Namun, perkembangan pembangunan apartemen ini bisa memberikan
dampak yang buruk pada lingkungan. Untuk mengurangi dampak tersebut,
diperlukan pembangunan yang mengacu kepada pembangunan berkelanjutan,
termasuk dalam pengembangan tapak bangunan. Saat ini, masih banyak perancang
yang mengabaikan isu-isu pengembangan tapak bangunan. Penerapan kriteria
pengembangan tapak berkelanjutan seperti yang terdapat dalam kategori tepat guna
lahan bangunan hijau pun perlu ditingkatkan.
Penelitian yang mengevaluasi pengelolaan tapak berdasarkan kriteria tepat guna
lahan sudah pernah dilakukan. Namun, belum pernah dilakukan penelitian serupa
yang membahas pengelolaan tapak pada apartemen kelas murah dan menengah di
Kota Bandung. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja
hijau tepat guna lahan pada apartemen kelas murah dan menengah yang ada di Kota
Bandung serta mengidentifikasi kelemahan, kelebihan, dan potensi perbaikan dari
pengembangan tapak yang ada. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode
pengumpulan data melalui studi literatur, observasi lapangan, dokumentasi foto,
dan kuesioner daring. Sampel penelitian dipilih menggunakan metode nonrandom/purposive sampling. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi
kriteria penilaian tepat guna lahan melalui kajian literatur. Tahap kedua penelitian
ialah mengumpulkan data eksisting tapak apartemen kelas murah dan menengah
melalui kajian literatur, observasi lapangan, dan dokumentasi foto. Selanjutnya,
dilakukan analisis kinerja hijau tepat guna lahan melalui total poin pemenuhan yang
diperoleh. Tahap ketiga terbagi menjadi 3 bagian. Tahap 3A, yakni melakukan studi
literatur untuk mengetahui keberadaan regulasi yang mendukung pemenuhan
kriteria tepat guna lahan. Tahap 3B adalah menyebarkan kuesioner kepada
perancang untuk mengetahui pengetahuan dan persepsinya terhadap kemudahan
penerapan kriteria tepat guna lahan. Terakhir, dilakukan analisis terkait kelebihan,
kelemahan, dan potensi perbaikan berdasarkan kinerja hijau tepat guna lahan yang
ada, keberadaan regulasi, dan persepsi perancang.
Hasil penelitian menemukan bahwa kinerja hijau tepat guna lahan dari apartemen
kelas murah dan menengah di Kota Bandung masih rendah. Kinerja tersebut tidak
dipengaruhi oleh harga jual apartemen. Lalu, masih sedikit regulasi yang
mendukung penerapan kriteria tepat guna lahan. Sebagian besar kriteria dianggap
mudah diterapkan oleh sebagian besar perancang. Kelemahan dari pengembangan
tapak yang ada berkaitan dengan penyediaan area hijau, pemilihan lokasi tapak,
sirkulasi tapak, fasilitas pejalan kaki dan pengguna sepeda, nilai albedo non atap,
serta manajemen limpasan air hujan. Sementara, kelebihan yang dimiliki oleh tapak
apartemen ini berkaitan dengan pemenuhan fasilitas umum serta sarana dan
prasarana, aksesibilitas lantai dasar, dan nilai albedo area atap. Perlu dilakukan
sejumlah perbaikan yang meliputi perbaikan dari perancang, pengelola apartemen,
pemerintah daerah, serta penyesuaian kriteria penilaian tepat guna lahan itu sendiri.