digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Latar belakang dan tujuan: Kram otot adalah keadaan dimana terjadi kontraksi otot secara tiba-tiba yang menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman, biasanya berlangsung selama beberapa detik hingga menit. Kram memiliki angka kejadian yang cukup tinggi pada masyarakat. Sebuah studi menyatakan 95% pasien dengan aktivitas berlebihan mengalami kondisi kram otot. Pada penelitian lain dinyatakan bahwa 35-60% orang tua mengalami kram, dimana 40% nya mengalami kram sebanyak tiga kali dalam seminggu. Terapi farmakologi untuk penanggulangan kram yang banyak digunakan adalah kinin. Namun pada tahun 1995 penggunaan kinin untuk penanggulangan kram sudah tidak diizinkan oleh FDA (Food and Drug Administration) karena efek samping kinin yang besar dan rasio dari resiko-manfaat yang terlalu tinggi. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan diuji efek antispasmus dari rimpang jahe emprit pada tikus jantan galur Wistar. Metode: Serbuk simplisia rimpang jahe emprit diekstraksi secara refluks dengan pelarut etanol. Model tikus kram dibuat dengan metode spinal cord injury yang dilakukan dengan membuat lesi pada bagian sacratum dan kemudian dilakukan evaluasi setiap minggunya untuk menentukan skor spasmus dengan swimming test. Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol positif (CMC Na 0,5%), kelompok kinin oral 26 mg/kg bb, kinin topikal 0,1 g, jahe oral 100 mg/kg bb, jahe oral 200 mg/kg bb dan jahe topikal 0,2 g. Sediaan diberikan pada hari ke-6 setelah spinal cord injury, setiap hari selama 6 minggu. Hasil: Kelompok jahe oral 100 mg/kg bb dan 200 mg/kg bb memperlihatkan adanya penghambatan progresivitas spasmus otot. Penghambatan progresivitas spaspasmus tersebut dapat dilihat pada kondisi akut yaitu minggu 1 dan pada kondisi kronis yaitu minggu ke-5 hingga minggu ke-6. Kelompok jahe oral 200 mg/kg bb memberikan hasil yang berbeda bermakna pada minggu ke-6 dibandingkan kelompok kontrol positif. Kesimpulan: Penggunaan jahe dengan dosis 100 mg/kg bb dan 200 mg/kg bb dalam bentuk oral dapat memberikan efek antispasmus dengan efek samping yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan kinin dengan dosis 26 mg/kg bb.