digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ghyna Nabila
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Ghyna Nabila
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Ghyna Nabila
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Ghyna Nabila
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Ghyna Nabila
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Ghyna Nabila
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

PUSTAKA Ghyna Nabila
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Ketidakseimbangan antara kapasitas jalan (supply) dan permintaan pergerakan masyarakat (demand) akan sarana dan prasarana transportasi di Kota Bandung menyebabkan berbagai persoalan transportasi, salah satunya adalah kemacetan yang dipicu oleh tingginya penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Dalam mengatasi persoalan kemacetan yang terjadi, Pemerintah Kota Bandung telah menetapkan visi transportasi Kota Bandung dengan semboyan “Bandung Better Urban Mobility 2031”. Kebijakan pemecahan persoalan kemacetan yang dilakukan dengan meningkatkan kuantitas prasarana jalan dinilai efektif untuk jangka waktu pendek saja karena akan membangkitkan permintaan perjalanan baru (induced demand). Di sisi lain, terdapat keterbatasan akan pengembangan lahan dan pembiayaan untuk membangun prasarana jalan baru. Oleh karena itu, maka dibutuhkan suatu pendekatan lain berupa pengelolaan pada sisi permintaan pergerakan masyarakat atau TDM (Transportation Demand Management). Pola perjalanan masyarakat di Kota Bandung yang perlu dikelola terdiri atas pergerakan internal dan eksternal kota, sehingga kebijakan yang diterapkan dapat berupa insentif (memperbaiki pilihan transportasi) dan disinsentif (membatasi penggunaan kendaraan pribadi) dengan berbagai macam jenis alternatif strategi TDM. Berbagai macam strategi TDM tersebut disusun prioritasnya secara selektif dan komprehensif agar relevan untuk dijadikan alternatif penguraian persoalan kemacetan di Kota Bandung berdasarkan persepsi para ahli. Penelitian ini terdiri atas dua tahap dan dua metode, yaitu Tahap I dengan Metode Delphi dan Tahap II dengan Metode AHP (Analytic Hierarchy Process). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan bantuan software Expert Choice 11, diketahui bahwa hasil urutan prioritas strategi TDM di Kota Bandung yang dapat dilakukan dalam rangka menguraikan kemacetan adalah BRT dan Park and Ride (0,373), BRT dan Non-motorized Improvements (0,296), BRT dan Road Pricing (0,190), serta Teleworking dan Alternative Work Schedules (0,140). Keberhasilan yang dapat dicapai dalam penerapan konsep TDM tidak dapat dinyatakan sebagai hasil dari satu upaya tertentu, melainkan pengaruh gabungan dari beberapa upaya yang diterapkan secara bersamaan.