Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kerusakan genetik pada sel tubuh. Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling mematikan di dunia. Salah satu bentuk penanganan terhadap kanker adalah dengan memicu apoptosis pada sel kanker. Apoptosis merupakan kematian sel secara terprogram dan terjadi pada sel yang normal. Sel kanker dapat menghindari regulasi apoptosis dan akan berproliferasi secara tidak terkontrol. Jalur intrinsik pada apoptosis memiliki dua jenis protein regulasi, yaitu protein pro-apoptosis dan protein anti-apoptosis. Pada sel kanker, seringkali terjadi penurunan ekspresi protein pro-apoptosis atau terjadi kenaikan ekspresi protein anti-apoptosis. Hal ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan yang membuat sel kanker dapat menghindari regulasi apoptosis. Bcl-2 dan Bcl-xL merupakan protein yang sering menjadi target pengobatan pada jalur apoptosis. Salah satu strategi dalam mencari senyawa yang dapat menghambat molekul-molekul tersebut adalah dengan mempelajari senyawa bioaktif dari tumbuhan. Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas yang tinggi, yang membuka peluang untuk menemukan senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai anti-kanker. Saat ini, senyawa bioaktif seperti flavonoid dan xanthone sering digunakan untuk menjadi obat anti kanker karena memiliki toksisitas yang lebih rendah. Senyawa flavonoid dan xanthone yang digunakan pada penelitian ini memiliki potensi aktivitas anti-kanker yang baik yang ditunjukan pada beberapa lini sel dengan toksisitas yang rendah. Akan tetapi, cara kerja senyawa-senyawa terhadap protein Bcl-2 dan Bcl-xL belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan senyawa bioaktif yang berpotensi untuk menjadi inhibitor protein anti-apoptosis pada jalur intrinsik serta pengaruhnya melalui analisis interaksi yang terbentuk secara in silico. Simulasi molecular docking dilakukan menggunakan software AutoDock Vina dan visualisasi interaksi dan ikatan menggunakan LigPlot+. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa senyawa artonin E, calotetrapterin B dan morellic acid memiliki afinitas tertinggi terhadap protein Bcl-2 dengan masing-masing memiliki nilai docking sebesar -8,7 kkal/mol, -8,4 kkal/mol, dan -8,5 kkal/mol. Senyawa artonin O, bractatin dan morellic acid memiliki afinitas tertinggi terhadap protein Bcl-xL dengan nilai docking masing-masing sebesar -8,8 kkal/mol, -9,1 kkal/mol, dan -9,6 kkal/mol. Hasil visualisasi ikatan antara protein dengan senyawa bioaktif menggunakan LigPlot+ menunjukkan adanya interaksi hidrofobik dan ikatan hidrogen pada residu-residu penting dari protein yang mengindikasikan senyawa-senyawa yang digunakan dapat menjadi inhibitor untuk protein Bcl-2 dan Bcl-xL. Selain itu, senyawa-senyawa tersebut berikatan dengan protein pada hydrophobic groove dari kedua protein. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa senyawa artonin E, calotetrapterin B dan morellic acid memiliki potensi untuk menjadi inhibitor protein Bcl-2 dengan membentuk ikatan hidrogen dan berinteraksi hidrofobik dengan residu-residu kunci, serta berikatan pada daerah hydrophobic groove dari Bcl-2. Senyawa artonin O, bractatin dan morellic acid memiliki potensi untuk menjadi inhibitor Bcl-xL dengan membentuk ikatan hidrogen dan berinteraksi hidrofobik dengan residu-residu kunci, serta berikatan pada daerah hydrophobic groove pada Bcl-xL.
Perpustakaan Digital ITB