Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam dan berpotensi untuk
dikembangkan menjadi sektor pariwisata. Terdapat permasalahan fisik yang sering muncul pada
kawasan pariwisata seperti, desain bangunan yang mendominasi dibanding potensi alam, sistem
utilitas yang kurang terintegrasi, tidak ramah lingkungan, hingga kekurangan sumber air. Manusia
memiliki keinginan untuk berlibur, namun aktivitas manusia merupakan penyebab utama
terjadinya kerusakan lingkungan (ekosistem). Bertambahnya jumlah populasi manusia
mengakibatkan kebutuhan hidup meningkat dan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan
berupa kerusakan ekosistem yang selanjutnya mengancam dan membahayakan kelangsungan
hidup manusia itu sendiri.
Dapat diidentifikasi bahwa fasilitas resort belum hadir sebagai usaha pengoptimalan gaya hidup
yang berkelanjutan. Kebanyakan sarana rekreasi belum menerapkan konsep peduli lingkungan dan
cenderung banyak menghasilkan limbah. Belum banyak juga penerapan teknologi bambu yang
mendukung konsep permakultur dari sebuah kawasan resort.
Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menghasilkan rancangan arsitektur berupa resort yang
berorientasi lingkungan, serta prinsip dan konsep desain yang cerdas dan berwawasan ekologis
untuk menciptakan habitat yang mendukung lanskap tetap produktif, air yang terjaga, dan sumber
daya yang terus dibaharui. Permakultur yang merupakan kesadaran desain dan pemeliharaan
ekosistem pertanian produktif yang memiliki keragaman, stabilitas dan ketahanan ekosistem alam,
serta keharmonisan alam dengan manusia menjadi salah satu penerapan desain yang berorientasi
lingkungan. Hal yang ditekankan adalah integrasi antara ekologi, arsitektur, dan agro-foresty
dalam menyusun kehidupan yang berkelanjutan, sehingga didapatkan bahwa input dan output
menjadi satu siklus yang memutar.
Bambu merupakan sumber daya terbarukan dan serbaguna untuk menunjang kehidupan yang
berkelanjutan. Hal ini ditandai dengan kekuatan yang tinggi dan berat volume rendah, serta mudah
dikerjakan dengan menggunakan alat sederhana. Dengan demikian, konstruksi bambu mudah
untuk dibangun, sifat yang ringan dan elastis membuat konstruksi bambu tahan terhadap gaya
gempa dan mudah diperbaiki jika terjadi kerusakan. Produk terkait (panel berbasis bambu dan
beton bertulang bambu) juga ditemukan dalam proses konstruksi.
Untuk menciptakan keberhasilan dalam perancangan, visi perancangan dibagi menjadi 3, yaitu
Earth Care, Water Care, Future Care. Visi perancangan Earth Care meliputi penciptaan
kehidupan yang produktif (productive living) dan lahan hijau permakultur yang berkelanjutan
(sustainable greenery). Untuk visi perancangan Water Care meliputi penerapan sirkulasi air yang
diusahakan tertutup (looping waterflow) dan penggunaan air yang mengalir sebagai sumber energi
(kinetic energy). Sementara untuk visi perancangan Future Care diwujudkan dengan penerapan
struktur yang jujur dan berkelanjutan (naked structure) serta pengendalian buangan/limbah dari
makhluk hidup (waste control) melalui biogas.
Pendekatan desain yang dilakukan adalah pendekatan terhadap bentuk daun dan bukit. Bentuk ini
dipilih untuk merepresentasikan konsep permakultur yang diterapkan pada perancangan. Bentuk
daun juga memungkinkan terciptanya ruang-ruang eksplorasi yang menarik dan lebih organik.
Terdapat 3 fungsi utama pada pada sisi Barat yang akan menyambut pengunjung dan komposisi
ketiga massa tersebut membentuk skyline bukit-bukit mengikuti kontur lahan. Fungsi utama pada
bagian depan adalah restoran yang berhubungan langsung dengan fungsi bangunan pengolahan
makanan, serta lobby penerima untuk penginapan yang berhubungan langsung dengan fungsi
bangunan Back of the House.
Pada ketiga bangunan utama yang memiliki bentuk atap seperti daun, diterapkan struktur berupa
modul-modul bambu ditambah dengan bambu penguat menyerupai ranting cabang pohon yang
menopang setiap gording. Di atas gording terdapat struktur kaso diagrid. Di atas struktur kaso
terdapat reng untuk menopang penutup atap, kemudian atap ditutup oleh atap pelupuh bambu.
Teritisan dari atap bambu dibuat lebar untuk menyaring masuknya cahaya matahari dan
melindungi pengunjung dari tampias air hujan.
Pengelompokan kegiatan diharapkan dapat menciptakan suasana yang interaktif bagi pengunjung
dan pengunjung mendapatkan pengalaman yang menarik dari masing-masing kegiatan dan
bangunan, terutama pengalaman dan pembelajaran permakultur. Kegiatan pendidikan dan
pelatihan dapat berupa kegiatan mengolah kompos, mengolah lahan tanam, memanen hasil,
memasak, pengolahan air, memancing, berternak hewan ternak besar, dan pengolahan ikan serta
ternak kecil. Kegiatan tersebut bisa dipandu oleh pengajar yang disediakan oleh resort. Kurikulum
maupun bahan ajar serta peralatan juga disediakan sehingga pengunjung dapat memilih dan
menikmati kegiatan apa yang mereka ingin pelajari.
Kegiatan yang disediakan dapat dinikmati oleh pengunjung baik yang datang berdua, dengan
keluarga, maupun rombongan. Aktivitas juga dapat diikuti oleh berbagai macam rentang usia.
Untuk pengunjung rombongan, dapat didefinisikan sebagai pengunjung study tour sekolah,
rombongan keluarga, dan rombongan komunitas permakultur, sehingga kawasan perancangan ini
bisa diakses oleh pengunjung yang sudah memiliki pengalaman maupun yang belum memiliki
pengalaman dalam aktivitas permakultur.
Pada lahan tanam, terdapat pembagian tanaman yang ditumbuhkembangkan. Tanaman tersebut
dapat tumbuh dengan baik dilengkapi oleh kompos yang dihasilkan dari kotoran hewan pada area
peternakan kecil. Tumbuhan yang ada juga didukung oleh penyaluran air dari water tank dan area
tangkapan air. Jadi, pada 1 bagian lahan tanam terdapat siklus yang menerus antar komponen
makhluk hidup. Penyediaan lahan tanam dapat menjadi area rekreasi dan belajar bagi pengunjung
dimana pengunjung bisa mempraktikkan langsung hidup yang produktif. Produktif yang dimaksud
adalah kegiatan mengolah sumber daya yang ada sehingga dapat dikonsumsi. Produktivitas
kehidupan ini diharapkan dapat menjadi gaya hidup yang menerus setelah pengunjung selesai
berkunjung ke kawasan ini.