digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Thedy Senjaya
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Thedy Senjaya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Thedy Senjaya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Thedy Senjaya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Thedy Senjaya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Thedy Senjaya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Thedy Senjaya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Analisis kemantapan lereng diperlukan untuk mencegah kelongsoran serta menjaga keamanan dan keselamatan pekerja demi kelangsungan produksi. Analisis ini umumnya dilakukan secara 2 dimensi tanpa mempertimbangkan lebar lereng dan mengasumsikan bahwa lereng memiliki lebar tak terbatas. Lebar lereng dapat diakomodir melalui analisis kestabilan lereng 3 dimensi. Maka dari itu disimulasikan perhitungan faktor keamanan dengan variasi lebar, tinggi, dan sudut kemiringan lereng untuk mengetahui rasio lebar terhadap tinggi lereng pada kondisi statis maupun dinamis. Jenis longsoran yang dianalisis dalam penelitian ini diasumsikan berbentuk circular, dengan metode analisis kesetimbangan batas Bishop (Bishop, 1954), serta analisis menggunakan perangkat lunak Rocscience Slide2 untuk analisis 2 dimensi dan Slide3 untuk analisis 3 dimensi. Hasil analisis menunjukan bahwa lebar lereng pada analisis kestabilan lereng tunggal 3 dimensi sangat berpengaruh terhadap nilai FK, dimana hasil faktor keamanan 3 dimensi mempunyai nilai yang konstan jika rasio lebar minimum dengan tinggi sebagai berikut: tinggi 3 m dan 6 m rasio sebesar 3,33; tinggi 12 m rasio 2,50; dan tinggi 24 m rasio 2,08 dengan analisis secara statis dan dinamis pada material limonit, saprolit, dan bedrock (meskipun dengan densitas, kohesi, dan sudut gesek dalam yang berbeda). Faktor keamanan 3 dimensi bernilai lebih besar daripada faktor keamanan 2 dimensi dengan rasio faktor keamanan 3 dimensi terhadap 2 dimensi rata-rata untuk lereng tunggal statis adalah 1,21, lereng tunggal dinamis 1,24, lereng keseluruhan statis 1,09, dan lereng keseluruhan dinamis 1,08. Perbedaan ini terjadi karena analisis 2 dimensi mengasumsikan lebar lereng tidak terbatas, sedangkan analisis 3 dimensi lebar lereng memiliki batasan. Pada sisi samping longsoran, bentuk bidang longsor 3 dimensi menyerupai bola dan akan mempunyai bentuk yang berbeda dengan bentuk bidang longsor 2 dimensi. Hal tersebut dianalisis juga mempunyai kontribusi terhadap nilai FK, sehingga secara secara umum nilai FK 3 dimensi akan cenderung lebih besar dari FK 2 dimensi. Oleh sebab itu, kriteria nilai FK minimum untuk desain lereng yang aman akan berbeda jika menggunakan analisis 3 dimensi atau 2 dimensi.