BAB 1 Muhammad Farhan Akbari
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Muhammad Farhan Akbari
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Muhammad Farhan Akbari
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Muhammad Farhan Akbari
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Muhammad Farhan Akbari
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Muhammad Farhan Akbari
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Nikel merupakan salah satu logam strategis yang banyak digunakan dalam
teknologi maju, terutama sebagai salah satu bahan utama katoda baterai kendaraan
listrik. Peningkatan kebutuhan global terhadap baterai berbasis nikel menimbulkan
tantangan terkait ketersediaan cadangan primer sehingga sumber sekunder seperti
katalis habis pakai (katalis habis pakai) menjadi salah satu alternatif yang sangat
potensial. Setelah melewati masa pakainya, katalis menjadi limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) yang mengandung nikel dalam jumlah yang cukup
besar umumnya 10–40% dengan unsur pengotor seperti besi dan aluminium. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh parameter proses
pemanggangan dan pelindian dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4) terhadap
persen ekstraksi nikel, serta mengevaluasi selektivitas nikel terhadap logam
pengotornya, yaitu besi dan aluminium.
Serangkaian percobaan dilakukan melalui tahap preparasi sampel, karakterisasi
awal, pemanggangan, dan pelindian dalam asam. Karakterisasi awal meliputi
analisis menggunakan X-ray diffraction (XRD), X-ray fluorescence (XRF),
thermogravimetric analysis/differential thermal analysis (TGA/DTA), dan atomic
absorption spectroscopy (AAS). Pemanggangan dilakukan dalam muffle furnace
pada variasi temperatur 200–500 °C dan waktu tahan 30–180 menit. Pelindian
dalam H2SO4 dilakukan pada variasi rasio padat-cair (100 dan 200 g/L), konsentrasi
H2SO4 (2,5 M dan 5 M), dan waktu pelindian (180 dan 360 menit). Analisis
konsentrasi logam hasil pelindian dilakukan dengan menggunakan AAS,
sedangkan identifikasi fasa padatan residu dilakukan dengan XRD. Data hasil
pelindian digunakan untuk menilai pengaruh kondisi proses terhadap persen
ekstraksi nikel.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kondisi pemanggangan
optimal berada pada variasi temperatur 400 °C dengan waktu tahan 60 menit,
dengan persen ekstraksi nikel sebesar 90,6%. Pada variasi pelindian, persen
ekstraksi tertinggi mencapai 96,9%, dengan parameter 100 g/L rasio padat-cair,
konsentrasi H2SO4 5 M, dan waktu pelindian 180 menit. Peningkatan waktu
pelindian hingga 6 jam menurunkan persen ekstraksi nikel akibat adanya silika pada
residu pelindian yang mengadsorpsi kembali ion Ni2+. Kontribusi variabel pelindian
dipelajari dengan menggunakan desain analisis eksperimen metode desain faktorial
23. Hasilnya menunjukkan bahwa parameter rasio padat-cair merupakan variabel
yang paling signifikan terhadap persen ekstraksi nikel. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa jalur proses pemanggangan-pelindian terbukti efektif dalam
mengekstraksi nikel dari katalis bekas dengan kontrol utama pada rasio padat-cair.
Perpustakaan Digital ITB