COVER Steven Setiawan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Steven Setiawan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Steven Setiawan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Steven Setiawan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Steven Setiawan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Steven Setiawan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Steven Setiawan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Dalam beberapa bulan pertama pandemi COVID – 19 di Indonesia, terjadi peningkatan
konsumsi produk kesehatan herbal sebesar 73,3%, yang berakibat pada peningkatan jumlah
sampah organik. Salah satu alternatif dalam pengelolaan sampah organik untuk mengatasi
peningkatan ini adalah biokonversi dengan menggunakan larva H. illucens. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan kelayakan biokonversi ampas jamu oleh larva lalat tentara
hitam, Hermetia illucens L. (Diptera: Stratiomyidae). Ampas jamu yang digunakan
merupakan hasil ekstraksi jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum), bawang putih
tunggal (Allium sativum var. solo garlic), air perasan lemon (Citrus lemon), cuka apel, dan
madu mentah. Ampas jamu diberikan kepada 30 larva H. illucens berumur 7 hari dengan
feeding rate masing – masing 12,5, 25, 50, 100, dan 200 mg/larva/periode dengan 5
pengulangan. Satu periode didefinisikan sebagai waktu ampas jamu baru ditambahkan
ketika ampas jamu sudah hampir habis. Larva H. illucens ditempatkan pada wadah plastik
(tinggi 5,6 cm, diameter atas 9,9 cm, diameter bawah 8,1 cm) dan dipelihara pada suhu 22–
26oC, pencahayaan kombinasi (alami selama 12 jam, buatan selama 12 jam), dan
kelembapan relatif 60–100%. Dalam penelitian ini, dilakukan perhitungan dan analisis
periode hidup, tingkat kelulushidupan, approximate digestibility (AD), efficiency of
conversion of digested food (ECD), waste reduction index (WRI), dan neraca massa. Hasil
penelitian, dengan periode pengamatan pertumbuhan larva selama 179 hari, menunjukkan
bahwa periode hidup terpanjang (179±0,00 hari) dicapai pada feeding rate 12,5, 25, 50, dan
100 mg/larva/periode, sedangkan tingkat kelulushidupan tertinggi (98,00±1,83%) dicapai
pada feeding rate 200 mg/ larva/periode. Nilai tertinggi AD (78,35 ± 1,61%), ECD
(31,00±5,44%), dan WRI (1,22±0,22) masing–masing diperoleh pada feeding rate 50, 12,5,
dan 200 mg/larva/periode. Perhitungan neraca massa menunjukkan ampas jamu sebesar
45,74-70,55% digunakan untuk metabolisme, 7,60–20,63% digunakan untuk biomassa H.
illucens, dan 21,65–40,60% merupakan residu. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan
bahwa biokonversi ampas jamu tanpa pretreatment tidak direkomendasikan untuk
dilakukan.
Perpustakaan Digital ITB