digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Taman Wisata Candi (TWC) Prambanan dikenal sebagai situs purbakala mendunia yang menjadi primadona pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun, banyak pengunjung mengalami udara panas di area pengunjung sebagai fenomena tipikal situs purbakala berskala besar di daerah tropis lembab. Peningkatan temperatur dan curah hujan sebagai dampak pemanasan global berpotensi memperparah kondisi termal dan mengancam kelestarian candi. Untuk itu diperlukan pendekatan resiliensi terhadap iklim guna mengidentifikasi kerentanan, mengukur kapasitas adaptif, dan mengarahkan strategi mitigasi kondisi termal secara efektif, termasuk upaya pelestarian candi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik iklim lokal dan mikro secara holistik dan mengukur tingkat adaptasi pengunjung sebagai dasar dan tolok ukur mitigasi kondisi termal pada area pengunjung untuk desain taman wisata purbakala yang resilien terhadap iklim. Lima indikator Zona Iklim Lokal (ZIL) digunakan untuk mengidentifikasi unsur-unsur fisik yang secara signifikan menentukan karakteristik iklim lokalnya berdasarkan data dari citra satelit. Pengukuran iklim mikro dan survei dengan kuesioner selama tujuh bulan, serta simulasi kondisi eksisting dengan ENVI-met dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang karakteristik iklim mikro secara obyektif dan subyektif, serta tingkat adaptasi pengunjung terhadap kondisi termal pada area pengunjung. Indeks Physiologically Equivalent Temperature(PET) dipilih untuk mengevaluasi tingkat kenyamanan termal pada area pengunjung. Signifikansi pengaruh unsur-unsur fisik pada iklim lokal, pengaruh unsur-unsur iklim mikro pada nilai PET, serta pengaruh unsur-unsur iklim mikro, derajat keterbukaan, insulasi pakaian, dan profil termofisiologis pengunjung pada persepsi termal (Thermal Sensation Vote - TSV) pengunjung di area pengunjung Candi Prambanan dianalisis dengan Regresi Multivariat. Analisis One Way ANOVA antara nilai PET dan TSV pada saat yang sama digunakan untuk menentukan ambang batas rentang PET untuk area pengunjung Candi Prambanan.Hasil pengukuran iklim mikro menunjukkan bahwa kombinasi antara temperatur udara yang sangat tinggi dan temperatur radiasi yang tinggi pada area pengunjung di bulan-bulan panas menciptakan kondisi “sangat panas” (PET +3) sebagai kondisi termal yang dominan hingga “terlalu panas” (PET +4). Morfologi area pengunjung dengan derajat keterbukaan yang bervariasi (0,228 – 1,000) menciptakan distribusi kecepatan angin yang tidak merata dengan rentang 0-6 m/s. Emisivitas panas batu candi yang tinggi dan morfologi area pengunjung menjadikan kecepatan angin, temperatur udara, dan temperatur radiasi sebagai unsur iklim mikro yang berpengaruh signifikan pada tingkat kenyamanan termal secara obyektif (PET) dan subyektif(TSV) di bulan-bulan panas. Meskipun kecepatan angin berpengaruh dominan pada nilai PET dan TSV, namun besarnya rentang kecepatan angin pada semua rentang/tingkat PET menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Pergeseran ambang batas rentang nyaman PET sebesar 6 oC lebih tinggi yang menjadi 33,5-36,0 oC untuk bulan-bulan panas menunjukkan tingginya tingkat adaptasi pengunjung. Rentang nyaman PET ini selanjutnya dipakai sebagai tolok ukur mitigasi kondisi termal. Berdasarkan karakteristik iklim lokal dan mikro, sensitivitas dan preferensi termal pengunjung,Master Plan Candi Prambanan dan prinsip-prinsip pelestarian candi, dirumuskan strategi mitigasi kondisi termal sebagai berikut: (1) penyejukan dari taman di Halaman III Candi Prambanan (Park Cooling Distance disingkat PCD), (2) menambahkan lapisan transparan yang memiliki Solar Reflective Index (SRI) yang tinggi pada permukaan luar candi, dan (3) penempatan klaster pohon yang ditanam di dalam pot pada setiap jarak yang dihitung berdasarkan kenyamanan berjalan kaki secara termal. Efektivitas strategi mitigasi ini dikajimenggunakan pemodelan iklim mikro yang telah divalidasi sebelumnya. Hasil simulasi iklim mikro dengan program ENVI-met menunjukkan bahwa penerapan taman untuk PCD di Halaman III hanya menurunkan nilai PET pada 17 Oktober (hari terpanas) pkl. 14.00 (jam terpanas) sebesar 0,230 oC. Penambahan lapisan transparan ber-SRI tinggi pada permukaan luar candi dan penempatan beberapa klaster pohon di dalam pot merupakan strategi mitigasi yang efektif karena masing-masing mampu menurunkan nilai PET sekitar 2 oC. Dengan peningkatan kelembaban relatif yang sangat kecil, ketiga strategi mitigasi ini terbukti mendukung pelestarian candi. Meskipun PCD tidak efektif memitigasi kondisi termal pada area pengunjung, strategi mitigasi ini sesuai dengan Master Plan Candi Prambanan dan berpotensi memitigasi perubahan iklim melalui perbaikan iklim mikro dan penurunan kadar CO2 di Halaman III. Secara keseluruhan, penerapan tiga strategi mitigasi mampu menurunkan nilai PET mendekati 5 oC. Peningkatan kapasitas adaptif pada lima area kunci pariwisata perlu dilakukan untuk mendukung mitigasi kondisi termal di masa depan dan meningkatkan resiliensi terhadap iklim. Adaptasi bisnis melalui penerapan teknologi digital pada atraksi wisata baru, adaptasi waktu kunjungan, adaptasi destinasi wisata melalui perawatan candi secara berkala, serta pengembangan kebijakan publik dan kerangka kerja untuk pelaku pariwisata diusulkan untuk membantu menciptakan TWC Prambanan yang nyaman secara termal dan resilien terhadap iklim.