Hunian vertikal merupakan sebuah solusi untuk kebutuhan hunian dari masyarakat Bali yang
kian meningkat. Sangat disayangkan, solusi ini dianggap masih pro dan kontra di tengah
masyarakat. Oleh karena itu, tesis ini dilakukan dengan tujuan menemukan kriteria dan bentuk
desain hunian vertikal yang dapat diterima di masyarakat. Bali merupakan kepulauan dengan
kebudayaan dan alam yang indah, oleh sebab itu pariwisata dipulau Bali merupakan pariwisata
salah satu terbaik di Indonesia, namun pariwisata berdampak pada pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol oleh pemerintah memunculkan permasalahan
hunian bagi masyarakat Bali terutama pada persediaan hunian yang layak untuk ditinggali.
Permasalahan kebutuhan hunian khususnya di Kota Denpasar sebagai ibukota mencapai 2.224
hunian, hal ini menimbulkan sebuah masalah yang harus segera diselesaikan. Melihat harga
tanah yang cukup tinggi di Bali, salah satu cara memenuhi kebutuhan hunian tersebut adalah
hunian vertikal. Sebelumnya telah dilakukan penelitian dan menghasilkan NSPK 1 dan 2
sebagai tahap awal program bangunan vertikal. Namun, hal ini masih menjadi ide dasar dari
desain hunian vertikal. Pada tesis ini NSPK digunakan sebagai dasar atau aturan awal.
Kemudian dikombinasikan dengan jurnal-jurnal hunian vertikal berbudaya Bali. Budaya
dianggap sangat penting bagi masyarakat, oleh karena itu di setiap keputusannya, unsur budaya
tetap harus dipertimbangkan agar hunian vertikal ini dapat diterima. Pada desain digunakan
teori Transformasi budaya dengan metode TCUSM. Metode ini membedah dan
menggabungkan kriteria desain menjadi kriteria baru. Selain dari metode tersebut teori
pendukung sense of place dan place identity sebagai dasar memunculkan konsep-konsep Bali
di dalam desain. Setelah konsep hunian vertikal berbudaya Bali muncul, dilakukan pengujian
kepada 364 responden untuk melihat respon penerimaan masyarakat. Setelah itu dilakukan
kembali validasi pada 212 responden untuk melihat keinginan tinggal masyarakat pada hunian
vertikal berbudaya Bali. Hal ini dilakukan secara daring dengan target responden adalah
masyarakat asli Bali dari berbagai latar belakang. Kemudian hasil kuesioner digabungkan
dengan hasil wawancara dengan para ahli yang ikut serta dalam rapat mengenai NSPK. Setelah
ditemukan bahwa masyarakat hampir sebagian besar mau mencoba dan menerima hunian
vertikal berbudaya Bali, kemudian tesis ini dilanjutkan dengan penerapan konsep ke dalam
desain bangunan dengan pengolahan secara TCUSM. Metode ini menghasilkan sebuah kriteria
dimana kriteria hunian vertikal sebesar 60% dan kriteria hunian Bali 40%. Secara keseluruhan
desain akan berbentuk bangunan vertikal moderen namun ada aksen dan rasa Bali di dalamnya.
Fasilitas budaya dan fasilitas pendukung direncanakan di dalam perancangan sehingga dapat
menyesuaikan desain dengan keadaan sekitar.