BAB 1 Indrawan Rizki Josua Sitorus
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Indrawan Rizki Josua Sitorus
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Indrawan Rizki Josua Sitorus
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Indrawan Rizki Josua Sitorus
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Indrawan Rizki Josua Sitorus
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Skandium (Sc) merupakan logam tanah jarang yang ringan dan memiliki titik leleh yang tinggi sehingga dapat diaplikasikan sebagai elemen pemadu untuk material lightweight high-temperature. Skandium banyak dikembangkan untuk paduan aluminium-skandium (Al-Sc) dan untuk material elektrolit pada Solid Oxide Fuel Cells (SOFC). Namun, penggunaan komersial skandium masih sangat minim karena harganya yang masih sangat mahal. Harga yang sangat mahal tersebut disebabkan oleh kelangkaan sumber skandium dan biaya produksi skandium yang masih tergolong tinggi sehingga tingkat produksi skandium dunia masih relative sangat rendah. Terdapat beberapa kajian yang membahas proses ekstraksi dan recovery skandium dari berbagai raw material, namun belum ada yang secara lengkap membahas proses ekstraksi skandium dari bijih nikel laterit. Dalam Tugas Akhir ini dilakukan kajian kritis proses ekstraksi skandium dari bijih nikel laterit dari literatur-literatur yang dipublikasikan dalam 20 tahun terakhir.
Kajian mengenai proses ekstraksi skandium dari bijih nikel laterit telah dilakukan terhadap literatur ilmiah yang berasal dari buku teks, paper dari jurnal ilmiah, paper di proceedings konferensi internasional, laporan kajian kelayakan proyek yang dipublikasikan dan beberapa sumber lainnya. Proses ekstraksi yang dikaji mencakup proses high pressure acid leaching (HPAL), presipitasi skandium, re-leaching, dan recovery skandium. Metode recovery yang diulas meliputi ekstraksi pelarut, adsorpsi dengan resin penukar ion, solvent impregnated resin (SIR), dan membran likuid. Berdasarkan hasil-hasil kajian yang diperoleh, disarankan penelitian lebih lanjut yang perlu dilakukan pada proses ekstraksi skandium dari bijih nikel laterit untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Skandium didapatkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi dalam bijih nikel laterit tipe limonit. Dengan kandungan besi yang tinggi dan nikel yang relatif rendah, maka dipilih Proses HPAL untuk mengekstraksi skandium bersama-sama dengan nikel dan kobalt. Selanjutnya untuk memperoleh larutan yang kaya skandium, dilakukan presipitasi dalam dua tahap, dimana tahap pertama dilakukan untuk mempresipitasi sebanyak mungkin besi dan tahap kedua dilakukan untuk mempresipitasi sisa besi terlarut dan skandium. Presipitat kaya skandium yang dihasilkan dari presipitasi tahap kedua dilakukan re-leaching untuk selanjutnya dilakukan tahap recovery skandium. Dalam perkembangannya, terdapat beberapa metode recovery yang dikembangkan, yaitu ekstraksi pelarut menggunakan D2EHPA/TBP, Primene JMT, sistem sinergistik Cyanex 272/Cyanex 923 dan HTTA/TOPO, metode adsorpsi dengan resin penukar ion konvensional menggunakan Amberlite IRC 747 dan Lewatit TP 260, adsorpsi dengan solvent impregnated resin menggunakan TP 272, [D201][DEHP], Purolite-Aminocarbonylmethylglycine, dan [Amberlite XAD-7HP][PC88A & Versatic 10], serta metode recovery dengan membran likuid menggunakan PIM (Polymer Inclusion Membrane)-D2EHAF.
Perpustakaan Digital ITB