digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Sagita Sukma Kristiana
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Sagita Sukma Kristiana
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Sagita Sukma Kristiana
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Sagita Sukma Kristiana
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Sagita Sukma Kristiana
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Sagita Sukma Kristiana
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Sagita Sukma Kristiana
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Sagita Sukma Kristiana
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Limbah bulu ayam merupakan produk sisa rumah pemotongan ayam yang banyak dihasilkan seiring dengan peningkatan konsumsi daging ayam karena bulu ayam menyusun 7-10% massa tubuh ayam. Peningkatan konsumsi tersebut tidak diiringi dengan pengelolaan limbah, namun hanya dilakukan pembuangan pada landfill atau insinerasi yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. Bulu ayam merupakan komponen dengan kandungan protein yang tinggi dalam bentuk keratin. Keratin dalam bulu ayam memiliki potensi untuk dikonversi menjadi hidrolisat protein yang kemudian dapat diproses lebih lanjut untuk pembuatan berbagai bioproduk. Rachis bulu ayam merupakan 50% bagian penyusun bulu ayam yang memiliki struktur keratin beta. Struktur tersebut sulit untuk didegradasi menggunakan metode hidrolisis konvensional atau hidrolisis enzimatik secara terpisah. Hidrolisis dengan metode fisik dan kimiawi dapat merusak kandungan asam amino dalam keratin, sedangkan hidrolisis enzimatik kurang efektif karena memerlukan beberapa tahapan dan untuk mendegradasi beta keratin diperlukan enzim yang spesifik. Alternatif metode yang dapat digunakan untuk mencapai degradasi optimum adalah menggabungkan hidrolisis secara kimiawi dan hidrolisis enzimatik (biologis). Oleh karena itu, degradasi rachis diawali dengan hidrolisis secara kimiawi pada temperatur 26 ± 2°C, pH 9, 10, dan 11 dengan rentang waktu 24 dan 48 jam, dan dilanjutkan dengan hidrolisis enzimatik dari residu padatan yang belum terdegradasi saat hidrolisis kimiawi melalui fermentasi selama 5 hari pada temperatur 26 ± 2°C dan pH 8 menggunakan bakteri Bacillus subtilis. Pada perlakuan hidrolisis kimiawi, degradasi rachis bulu ayam tertinggi yaitu sebesar 17,04% diperoleh dari hidrolisis kimiawi pada pH 11 dan waktu 48 jam. Sementara pada hidrolisis enzimatik degradasi residu padatan tertinggi yaitu sebesar 32,37% diperoleh dari hidrolisis enzimatik residu padatan yang dihasilkan dari hidrolisis kimiawi pada pH 11 dan waktu 48 jam. Pada hidrolisis awal secara kimiawi, konsentrasi protein pada hidrolisat tertinggi yaitu sebesar 0,0701 mg/mL diperoleh dari hidrolisis kimiawi pada pH 11 dan waktu 48 jam. Sementara pada hidrolisis lanjutan secara enzimatik, konsentrasi protein tertinggi pada hidrolisat yaitu sebesar 0,1515 mg/mL diperoleh dari hidrolisis enzimatik padatan yang dihasilkan dari hidrolisis kimiawi pada pH 11 dan waktu 48 jam. Pada percobaan pembuatan polimer, bioplastic dengan morfologi permukaan yang homogen dapat dihasilkan dari hidrolisat protein.