COVER NASHIHA AL-SAKINA
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 NASHIHA AL-SAKINA
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 NASHIHA AL-SAKINA
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 NASHIHA AL-SAKINA
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 NASHIHA AL-SAKINA
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 NASHIHA AL-SAKINA
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA NASHIHA AL-SAKINA
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Muara Bojong Salawe merupakan kawasan estuari yang berlokasi di Kabupaten Pangandaran. Muara ini merupakan tempat bertemunya tiga anak sungai yaitu sungai Cijalu, Sungai Cijulang dan Sungai Cikiray. Ekosistem mangrove di kawasan ini menjadi penting karena selain menjadi penghambat gelombang tinggi dan sedimentasi, juga menjadi tempat hidup bagi hewan bivalvia. Tingginya tingkat okupasi bivalvia pada tumbuhan mangrove diduga menjadi salah satu faktor penyebab ditemukannya kondisi beberapa tegakan mangrove yang mengalami kerusakan pada daun dan batang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran bivalvia berdasarkan indeks morisita serta mengetahui hubungan vegetasi mangrove dengan kelimpahan bivalvia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengelolaan ekosistem estuari di Muara Bojong Salawe. Penelitian dilakukan dengan metode analisis vegetasi menggunakan plot kuadrat bertingkat berukuran 10 m x 10 m dan 5 m x 5 m yang diletakkan pada tiga stasiun, diikuti dengan pembuatan sub-sub plot berukuran 1m x 1m untuk menghitung kelimpahan bivalvia. Perhitungan indeks morisita dilakukan untuk mengetahui pola persebaran bivalvia diikuti dengan pengujian statistik untuk mengetahui hubungan antara parameter vegetasi dan kelimpahan bivalvia. Selain itu juga dilakukan perhitungan tingkat asosiasi antara vegetasi mangrove dan bivalvia,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan jenis Rhizophora mucronata memiliki nilai kerapatan tertinggi (3.866,67 ind/ha) dibandingkan jenis Avicennia alba dan Sonneratia alba. Hasil perhitungan luas bidang dasar per hektar (LBDS) menunjukkan nilai tertinggi (10.643,56 m2/ha) di stasiun ke-3 diikuti oleh stasiun ke-2 dan stasiun ke-1. Nilai kerapatan akar tertinggi didapatkan pada stasiun ke-2 dengan nilai kerapatan sebesar 122,66 akar/m2. Nilai kerapatan ini didapatkan dengan pengukuran akar yang hanya dilakukan pada jenis Avicennia alba. Kelimpahan bivalvia tertinggi didapatkan pada stasiun ke-3 dengan nilai kelimpahan sebanyak 641 individu/m2. Bivalvia yang ditemukan merupakan jenis Saccostrea cucullata. Pola persebaran bivalvia termasuk dalam pola mengelompok berdasarkan perhitungan indeks morisita. Berdasarkan parameter lingkungan perairan yang diukur, yaitu salinitas, suhu dan pH, Muara Bojong Salawe ini telah sesuai untuk kehidupan habitat mangrove dan juga bivalvia. Hubungan bivalvia dan parameter mangrove paling kuat berdasarkan perhitungan regresi linier adalah hubungan antara kelimpahan bivalvia dengan luas bidang dasar per hektar (LBDS) dengan persamaan y= 0,0186x + 128,75 dengan nilai R2= 0,8608 dan nilai korelasi sebesar 0,92. Ketiga jenis mangrove yang ditemukan diketahui berasosiasi positif dan memiliki kekuatan asosiasi sangat tinggi dengan bivalvia berdasarkan perhitungan nilai E(a) dan nilai indeks Ochiai.
Perpustakaan Digital ITB