digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fitri Kurniati
PUBLIC Ratnasari

COVER Fitri Kurniati
PUBLIC Ratnasari

BAB 1 Fitri Kurniati
PUBLIC Ratnasari

BAB 2 Fitri Kurniati
PUBLIC Ratnasari

BAB 3 Fitri Kurniati
PUBLIC Ratnasari

BAB 4 Fitri Kurniati
PUBLIC Ratnasari

BAB 5 Fitri Kurniati
PUBLIC Ratnasari

PUSTAKA Fitri Kurniati
PUBLIC Ratnasari

Kanker serviks merupakan kanker yang menduduki peringkat kedua sebagai penyakit yang mematikan pada wanita. Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV (Human Pappiloma Virus). Salah satu pengobatan kanker serviks yaitu penggunaan sumber radioaktif yang ditujukan langsung ke target yang dikenal dengan istilah brakiterapi. Penelitian ini menggunakan phantom yang berasal dari citra CT scan pelvis berjenis DICOM dan berukuran 50,0 cm x 50,0 cm x 28,8 cm yang diperoleh dari RS Santosa Kopo. Sumber yang digunakan yaitu Ir-192 yang dibuat berbentuk simetris balok dengan ukuran 0,45 x 0,09 x 0,09 cm. Simulasi Monte Carlo dilakukan untuk mengetahui distribusi dosis dari sumber Ir-192 pada CT image kanker serviks berdasarkan sistem Manchester. Simulasi ini menggunakan program EGSnrc dengan user code DOSXYZnrc. Simulasi Monte Carlo dibagi menjadi dua model variasi jarak pada aplikator. Model A menggunakan data TPS dengan jarak antar sumber 0,9 cm sedangkan model B dilakukan dengan jarak antar sumber 0,5 cm. Distribusi dosis yang dihasilkan dari simulasi Monte Carlo dianalisis dan dibandingkan dengan hasil TPS. Hasil simulasi yang dilakukan diperoleh bahwa jangkauan distribusi dosis 50% pada model A mencapai titik 3,9 cm. Jika dibandingkan dengan jangkauan distribusi dosis 50% pada hasil TPS mencapai titik 4 cm maka menghasilkan nilai deviasi penyimpangan sebesar 2,5% yang masih dalam batas toleransi. Pada model A dan model B terdapat perbedaan distribusi dosis 50% yaitu pada model B mencapai titik 3,86 cm, sehingga menghasilkan deviasi penyimpangan sebesar 1,02% yang masih dalam batas toleransi. Nilai ?-indeks yang dihasilkan untuk distribusi dosis 50% yaitu 2,26 sedangkan nilai GPR pada keseluruhan area yaitu 94,13%, hal ini menandakan adanya perbedaan distribusi dosis antara kedua model. Oleh karena itu, semakin kecil jarak antar sumber yang digunakan maka akan memberikan jangkauan distribusi dosis yang semakin pendek dengan distribusi dosis seragamnya relatif lebih tinggi.