digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Fatur Rahman Abdillah
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Fatur Rahman Abdillah
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Fatur Rahman Abdillah
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Fatur Rahman Abdillah
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Fatur Rahman Abdillah
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Fatur Rahman Abdillah
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Fatur Rahman Abdillah
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Bauksit adalah mineral utama pembawa alumina yang sangat diperlukan dalam industri aluminium. Bauksit tersusun atas mineral aluminium oksida dan hidroksida seperti Gibbsite, Boehmite, dan Diaspore. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan bauksit terbanyak di dunia dengan menempati peringkat ketujuh bersama Cina. Deposit bauksit di Indonesia termasuk kedalam tipe laterit dengan cadangan terbanyak berada di Pulau Kalimantan terutama Provinsi Kalimantan Barat. Sebelum menjadi aluminium, bauksit terlebih dahulu diolah menjadi alumina melalui proses Bayer. Untuk menjadi umpan proses Bayer, terdapat persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu kadar Al2O3 >51%, SiO2 <7%, dan rasio A/S >10. Bauksit yang berasal dari Tayan, Kalimantan Barat memiliki kandungan silika yang cukup tinggi sehingga akan mengurangi kapasitas pengolahan pada proses Bayer dan akan menjadi pengotor utama yang terkandung dalam sisa proses digestion yaitu red mud sehingga diperlukannya metode benefisiasi untuk menurunkan kadar silika dalam bauksit tersebut. Penelitian ini merupakan studi yang dapat dijadikan sebagai salah satu metode alternatif benefisiasi bauksit menggunakan metode flotasi kebalikan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menurunkan kadar silika dan meningkatkan kadar alumina pada bauksit sehingga memenuhi syarat sebagai umpan proses Bayer. Percobaan diawali dengan preparasi bauksit untuk memperoleh fraksi ukuran -63 +53 µm, -53 +44 µm, -44 +37 µm, dan -37 µm. Kemudian dilakukan karakterisasi awal dengan X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray Flourescence (XRF), SEM-Mapping, dan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) untuk mengetahui mineral dan senyawa dominan serta presentasi kimia unsur yang terdapat di dalam bauksit. Percobaan dilakukan dalam sel flotasi bervolume 1375 mL dan reagen yang digunakan yaitu Dodecylamine (DDA) sebagai kolektor sebanyak 400 gr/ton, Dowfroth 1012 sebagai frother sebanyak 0,1 mL, sodium hexametaphosphate sebagai dispersan sebanyak 1500 gr/ton, Na2CO3 sebagai pH modifier untuk menghasilkan pH sebesar 10, dan pati termodifikasi (starch) sebagai depresan yang dijadikan sebagai salah satu variabel dalam percobaan. Terdapat tiga variabel percobaan pada penelitian ini, yaitu persen padatan, fraksi ukuran umpan, dan dosis depresan. Persen padatan umpan yang divariasikan yaitu 15%, 20%, 25%, dan 30%. Fraksi ukuran umpan yang divariasikan yaitu -63 +53 µm, -53 +44 µm, -44 +37 µm, dan -37 µm. Dosis depresan yang divariasikan yaitu 200 gr/ton, 400 gr/ton, 600 gr/ton, dan 800 gr/ton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan persen padatan mampu memberikan hasil terbaik pada persen padatan 25% dengan kadar dan perolehan alumina dalam konsentrat secara berturut-turut yaitu 54,95% dan 67,34%. Penggunaan fraksi ukuran yang bervariasi sebagai umpan percobaan menunjukkan bahwa semakin halus ukuran umpan maka kadar dan perolehan alumina dalamvi konsentrat akan meningkat. Fraksi ukuran -37 µm mampu menghasilkan kadar dan perolehan alumina dalam konsentrat tertinggi sebesar 55,758% dan 69,516%. Peningkatan dosis depresan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemisahan alumina dan silika dalam bauksit meskipun terjadi kecenderungan peningkatan kadar dan perolehan alumina dalam konsentrat.