digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Novan Rifky Lutfhyansyah
PUBLIC Alice Diniarti

Sektor 3D printing merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan pesat terutama ketika dunia menghadapi revolusi industri 4.0 dengan kebutuhannya akan barang dengan kostumisasi tinggi. Wohler’s Report menyatakan bahwa industri 3D printing mengalami pertumbuhan rata-rata mencapai 30% pada 2010 – 2015 di seluruh dunia. Tak terkecuali di Indonesia, sektor 3D printing juga semakin berkembang. Namun, perkembangannya tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan baku dalam proses 3D printing berupa filamen 3D print. Industri 3D print di Indonesia masih bergantung pada produk filamen impor dari luar negeri dan belum terdapat produk filamen lokal. Pada penelitian ini, limbah PLA dari sektor industri 3D print didaur ulang kembali menjadi filamen. Limbah PLA dibuat menjadi flakes yang kemudian dibersihkan sebelum diekstrusi menjadi filamen. Proses ekstrusi dilakukan dengan mesin ekstrusi sederhana pada temperatur 190°C, 175°C, dan 160°C dengan kecepatan penarikan 40 mm/s dan 50 mm/s. Filamen PLA daur ulang dengan rentang diameter ±1,6 mm kemudian diprint dan hasilnya dibandingkan dengan PLA komersial menurut literatur. Penelitian dan studi literatur menunjukkan bahwa PLA dapat diaur ulang menjadi filamen 3D print dengan cara ekstrusi pada 160°C dengan kecepatan penarikan 40 mm/s dengan konsekuensi penurunan sifat mekanik, sifat termal, dan kualitas hasil print dibandingkan dengan menggunakan PLA komersial (virgin filament). Daur ulang limbah PLA menjadi filamen 3D print diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan limbah plastik di Indonesia serta memenuhi kebutuhan filament 3D print dalam negeri.