digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dalam sistem kalender Çaka Bali terkandung aspek astronomi yang dinyatakan secara matematis dan secara kepercayaan atau keyakinan. Istilah yang mengaitkan ilmu astronomi dengan keyakinan dalam hal ini berhubungan dengan budaya setempat, dapat disebut dengan Etnoastronomi yang dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami penggunaan ilmu astronomi dalam kebudayaan setempat. Etnoastronomi juga mengacu pada setiap bentuk budaya pengetahuan, aktivitas sosial atau karakteristik dari kelompok sosial atau budaya yang dapat diakui oleh kelompok lain. Sesuai dengan sifat sosial atau budaya khususnya dalam hal keagamaan (social religious), masyarakat Hindu menggunakan “hari baik” pada setiap gerak langkah manusia itu sendiri. Hari pilihan ini bisa disebut hari baik. Di Bali hari baik berkembang menjadi wariga. Penetapan wariga dewasa mengacu pada wewaran, pawukon, penanggal, sasih dan dawuh yang sudah termuat di dalam kalender Çaka Bali, yang menggunakan acuan perhitungan sistem Matahari, Bulan, bintang, dan Wuku. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi analitis yang bersifat ekplorasi dan dalam memperoleh datanya menggunakan penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan secara sistematis melalui observasi, wawancara, dan studi literatur. Tiga kegiatan dijadikan contoh penerapan penentuan hari baik: pertanian, pernikahan, dan kematian. Masa menanam padi terjadi ketika sasih kasa atau karo sekitar Juli hingga Agustus ketika rasi Orion baru terbit berada sekitar 2°-45° dan rasi Pleiades berada pada ketinggian sekitar 27°-50° dari horizon bila diamati sekitar jam 04.00 WITA. Masa memanen padi terjadi pada sasih kapat sekitar Oktober hingga November ketika rasi Orion berada sekitar 83°-45° dan rasi Pleades berada pada ketinggian sekitar 41°-16° dari arah barat bila diamati sekitar jam 04.00 WITA dari horizon. Pernikahan di Bali dilakukan pada hari Senin, Rabu, Kamis, dan Jumat. Hari Minggu, Selasa dan Sabtu merupakan hari yang dihindari karena memiliki sifat “panas”, dikarenakan hari-hari tersebut memiliki simbol dari Matahari, Mars, dan Saturnus. Upacara kematian atau Ngaben dilakukan berdasarkan posisi benda langit yaitu Matahari, Bulan dan Bintang. Bintang yang paling berpengaruh adalah Pleiades sehingga ketika Pleiades tidak muncul maka pada saat tersebut tidak dianjurkan untuk melakukan upacara Ngaben.