digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Syafik Adiar Muzaki
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

Pantai memiliki garis batas pertemuan antara daratan dan air laut yang posisinya dapat berpindah akibat pasang surut air laut dan abrasi. Salah satu daerah di Indonesia yang mengalami perubahan garis pantai cukup signifikan terjadi di pantai Desa Rawaurip, Bendungan, Pangenan, Ender, Kalipasung, hingga Desa Gebang Kulon, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Di belakang garis pantai tersebut terdapat sejumlah tambak garam dan beberapa fasilitas milik masyarakat yang akan terkena dampak jika terjadi abrasi. Selain itu, terdapat struktur eksisting yang perlu dianalisis pengaruhnya terhadap perubahan garis pantai tersebut. Untuk menanggulangi permasalahan abrasi yang terjadi, maka diperlukan suatu perencanaan bangunan pengaman pantai. Dilakukan pemodelan tahunan seiring bertambahnya struktur eksisting dan pemodelan 10 tahun untuk memprediksi perubahan garis pantai menggunakan modul Nearshore Evolution Modeling System (NEMOS) yang terdapat dalam program Coastal Engineering Design and Analysis System (CEDAS). Dalam modul tersebut terdapat beberapa submodul yang berkaitan satu sama lain. Dari pemodelan tahunan didapatkan bahwa struktur eksisting di pantai Desa Rawaurip, Bendungan, Pangenan, dan Ender dapat melindungi bagian pantai di belakang struktur dengan adanya sedimentasi. Selain itu, terjadi erosi di pantai Desa Kalipasung dan Desa Gebang Kulon sehingga dilakukan perencanaan struktur di Desa tersebut. Perencanaan struktur dilakukan dengan memodelkan beberapa alternatif bangunan pengaman pantai yaitu groin, breakwater, dan revetment. Didapatkan hasil bahwa bangunan pengaman pantai yang sesuai yaitu breakwater yang ditempatkan sejauh 148 m dari garis pantai dengan konfigurasi sebanyak 7 buah, jarak antar breakwater 17 m, dan panjang 225 m. Struktur breakwater terdiri dari lapisan armor, filter, dan core yang tersusun dari batu alam dengan ukuran yang berbeda-beda.