TESIS TOBAT MARTIN LEONARDO.pdf]
Terbatas D. Budina
» ITB
Terbatas D. Budina
» ITB
TESIS TOBAT MARTIN LEONARDO 1.pdf?
Terbatas D. Budina
» ITB
Terbatas D. Budina
» ITB
TESIS TOBAT MARTIN LEONARDO 3.pdf?
Terbatas D. Budina
» ITB
Terbatas D. Budina
» ITB
TESIS TOBAT MARTIN LEONARDO-Abstrak.pdf?
Terbatas D. Budina
» ITB
Terbatas D. Budina
» ITB
Penggunaan minyak nabati sebagai sumber energi dapat meningkatan ketahanan
energi di pulau-pulau Indonesia dengan mengandalkan potensi lokal. Tumbuhan
Nyamplung dan Kelapa banyak terdapat di Indonesia, dapat hidup di lingkungan
ekstrim dan memiliki potensi kandungan minyak nabati yang besar. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan minyak nabati murni Kelapa
dan minyak nabati murni nyamplung sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN) pada
motor bakar diesel dibandingkan dengan minyak diesel B-20 sebagai acuan dengan
melalui rangkaian pengujian di Laboratorium dan selanjutnya diuji pada sistem
smart micro grid yang telah terpasang di Pulau Karimunjawa.
Rangkaian pengujian di Laboratorium terdiri atas uji prestasi tahap awal motor
diesel pada beban 800 watt dan kelipatannya hingga 4000 watt, dilanjutkan dengan
uji ketahanan yang dipercepat selama 17 jam dan kemudian dilakukan uji prestasi
tahap akhir. Data-data hasil pengujian seperti konsumsi bahan bakar spesifik
(BSFC), efisiensi termal dan nilai emisi gas buang dari ketiga jenis bahan bakar
kemudian dibandingkan dan dianalisis. Selain itu analisis dampak penggunaan
bahan bakar pada dimensi jarum penyemprot bahan bakar, plunyer pompa bahan
bakar dan nilai Total Acid Number (TAN) pelumas juga dilakukan. Sedangkan
untuk pengujian lanjutan di Karimunjawa difokuskan pada pengamatan
karakteristik operasional genset terhadap sistem dan uji prestasi motor diesel saat
beroperasi sendiri maupun bersamaan dengan panel surya untuk memikul beban di
dalam sistem. Agar dapat dibandingkan, spesifikasi genset di Karimunjawa dipilih
secara prinsip sama dengan genset untuk pengujian di Laboratorium. Kemudian
untuk mencapai viskositas yang mendekati minyak diesel B-20, pada pengujian
dengan bahan bakar minyak nabati murni digunakan pemanas awal yang
memanfaatkan panas gas buang motor diesel.
Hasil pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa minyak nabati kelapa murni
dan nyamplung murni dapat digunakan sebagai bahan bakar motor diesel dengan
unjuk kerja yang mendekati minyak diesel B-20. Hal ini terlihat pada BSFC yang
ii
hampir sama untuk minyak diesel B-20, minyak kelapa murni dan minyak
nyamplung murni masing-masing sebesar 0,65 kg/kWh, 0,76 kg/kWh dan 0,71
kg/kWh dengan kenaikan rata-rata setelah uji ketahanan sebesar 0,03 kg/kWh, 0,19
kg/kWh dan 0,03 kg/kWh. Sedangkan untuk rata-rata efisiensi termal tahap awal
setiap bahan bakar adalah 12,20% untuk minyak diesel B-20, 12,79% untuk minyak
kelapa murni dan 14,57% untuk minyak nyamplung murni. Kemudian pengurangan
diameter jarum penyemprot bahan bakar untuk minyak diesel B-20, minyak kelapa
murni dan minyak nyamplung murni masing-masing sebesar 14 µm, 8 µm dan 5
µm serta untuk plunyer pompa bahan bakar sebesar 6 µm, 4 µm dan 2 µm,
menunjukkan dampak keausan komponen motor bakar akibat penggunaan minyak
nyamplung dan minyak kelapa tidak sebesar minyak diesel B-20. Genset
menggunakan minyak nyamplung murni menghasilkan gas buang yang paling
ramah terhadap lingkungan pada aspek angka emisi CO
2
iii
, CO, HC, NO
x
dan
opasitas asap dibandingkan kedua bahan bakar. Deposit yang ditinggalkan karena
penggunaan minyak nyamplung murni pada kepala silinder dan piston nilainya
paling rendah, sedangkan minyak kelapa murni memberikan penambahan deposit
yang paling tinggi. Nilai TAN pelumas menggunakan minyak nyamplung paling
tinggi sebesar 3,221 mgKOH/g dibandingkan menggunakan minyak diesel B-20
dan minyak kelapa sebesar 0,208 mgKOH/g dan 0,561 mgKOH/g.
Pengujian lanjutan dilakukan di Karimunjawa dengan menggunakan ketiga bahan
bakar tersebut untuk beban sistem yang relatif stabil. Genset hanya menanggung
beban ice maker sekitar 2,2 kW sambil melakukan pengisian baterai sebesar 10
ampere. Pada beban sekitar 3 kW tersebut, rata-rata BSFC minyak diesel B-20,
minyak kelapa murni dan minyak nyamplung murni masing-masing sebesar 0,51
kg/kWh, 0,57 kg/kWh dan 0,54 kg/kWh, sedangkan untuk rata-rata efisiensi termal
minyak nyamplung paling tinggi sebesar 17,38% dibandingkan minyak kelapa dan
diesel B-20 sebesar 16,66% dan 14,69%. Nilai BSFC dan efisiensi termal tersebut
sejalan dengan hasil uji prestasi awal di Laboratorium pada rentang beban 2400
watt – 3200 watt. Nilai TAN minyak nyamplung pada pengujian di Karimunjawa
menunjukkan nilai yang paling kecil karena umur pakai pelumas yang berbeda
dengan pengujian laboratorium.