Indonesia merupakan kawasan yang memiliki potensi resiko gempa bumi yang
cukup tinggi. Guna mengantisipasi hal tersebut, berbagai pedoman dan teknologi
dibuat agar keselamatan pengguna dapat terjaga. Namun, di sisi lain, jika acuanacuan
tersebut diterapkan tanpa diikuti oleh proses berpikir kreatif seorang arsitek,
secara tidak langsung dan perlahan akan berdampak kepada penurunan nilai dari
karya-karya arsitektur itu sendiri. Sebuah karya arsitektur tidak cukup jika hanya
dilihat efisien, ekonomis dan baik dari aspek teknis, tetapi karya arsitektur harus
dapat menjadi sebuah produk budaya sebuah peradaban artinya dapat berbahasa
dengan ruang dan gatra, dengan garis dan bidang, dengan bahan material dan
suasana tempat (Mangunwijaya, 1995).
Oleh karena itu, tesis yang mengambil studi kasus desain Masjid Jami Nurul
Hasanah dan Fasilitas Pendukungnya di Kota Palu ini berupaya untuk merumuskan
kriteria arsitektur tahan gempa dengan tetap mempertimbangkan karya arsitektur
sebagai sebuah objek melalui pendekatan tektonika arsitektur. Pendekatan tahan
gempa yang digunakan adalah pendekatan dalam perspektif arsitektur yang bukan
mengarah kepada perhitungan struktur, optimalisasi desain maupun proses
struktural tetapi lebih kepada respon morfologi bangunan dan konfigurasi spasial
dalam desain (Giuliani, 2000). Sedangkan pendekatan tektonika arsitektur dicapai
melalui berbagai cara dan sangat terkait dengan desain struktur, konstruksi, seni
merangkai komponen dan materialitas.
Dalam tesis ini dapat diketahui bahwa mendesain di daerah rawan gempa aspek
struktural harus dipertimbangkan sejak awal proses desain untuk mengintegrasikan
batasan struktural terhadap aspek arsitektural. Secara intuitif, struktur bangunan
dieksplorasi dan didesain non-konvensional, sedangkan pendekatan tektonika
arsitektur menjadikan Kernform=Kunstform (coreform=artform) dan menganggap
keindahan adalah buah dari stabilitas struktur serta eksplorasi elemen-elemennya
seperti sambungan. Desain elemen tersebut selain berfungsi sebagaimana gaya
yang berlaku, juga memberikan nilai tambah secara estetis maupun secara filosofis.
Keindahan bersifat jujur dan tidak bersifat dekoratif.