Antipsikotik merupakan terapi farmakologi utama untuk skizofrenia. Penggunaan antipsikotik sebagai
penanganan skizofrenia berkaitan erat dengan biaya kesehatan karena skizofrenia merupakan
psikopatologi yang berat, kronis dan biasanya membutuhkan terapi farmakologi seumur hidup. Dari
sudut pandang pemerintah sebagai penyelenggara asuransi kesehatan nasional, gangguan ini mengambil
porsi biaya pelayanan kesehatan yang cukup besar. Oleh karena itu, perlu langkah-langkah
penghematan seperti memilih antipsikotik yang cost effective. Penelitian ini bertujuan membandingkan
antara penggunaan monoterapi dengan kombinasi antipsikotik dari segi efektivitas antipsikotik serta
biaya yang dikeluarkan selama perawatan di rumah sakit untuk menentukan antipsikotik paling cost
effective. Penelitian ini merupakan studi farmakoekonomi dengan menggunakan metode cost
effectiveness analysis yang dilakukan secara retrospektif pada pasien skizofrenia rawat inap di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat selama periode Juni-Desember tahun 2014. Kemudian, dilakukan
perhitungan probabilitas menggunakan decission tree dan dilakukan perhitungan nilai incremental cost
effective ratio (ICER) untuk mendapatkan rekomendasi antipsikotik yang cost effectiveness.
Berdasarkan hasil penelitian, jenis terapi antipsikotik yang digunakan pada fase akut dan fase tenang
di Rumah Sakit Jiwa tersebut adalah monoterapi second generation antipsychotic (SGA), monoterapi
first generation antipsychotic (FGA), terapi kombinasi SGA, terapi kombinasi FGA serta terapi
kombinasi FGA dan SGA. Berdasarkan keefektifan jenis terapi antipsikotik, monoterapi SGA paling
efektif dibandingkan dengan jenis terapi lainnya karena memiliki hari bebas gejala yang lebih panjang
dibandingkan dengan jenis terapi lainnya baik pada fase akut maupun fase tenang. Dari segi biaya yang
dikeluarkan, monoterapi SGA merupakan terapi paling murah dibandingkan dengan jenis terapi lainnya
baik pada fase akut maupun fase tenang. Berdasarkan analisis ICER, pada fase akut jenis monoterapi
SGA lebih cost effective dibandingkan dengan terapi kombinasi SGA, kombinasi FGA serta kombinasi
FGA dan SGA , dengan nilai ICER sebesar –Rp 350.478 yang terletak di kuadran II. Sedangkan Pada
Fase tenang penggunan monoterapi SGA lebih efektif dibandingkan dengan terapi kombinasi SGA serta
terapi kombinasi FGA dan SGA, dengan nilai ICER sebesar –Rp 230.589 yang terletak di kuadran II.
Berdasarkan hasil studi ini didapatkan bahwa jenis terapi yang paling efektif berdasarkan analisis ICER
pada fase akut dan fase tenang adalah monoterapi SGA.
Perpustakaan Digital ITB