Masjid-masjid yang dibangun pada umumnya memiliki unsur yang general, namun
tetap memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan tersebut umumnya dipengaruhi oleh
kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Martin Frisman menuliskan bahwa
kekhasan masjid di daerah Asia Tenggara adalah menggunakan konstruksi atap
tumpuk, begitu pula di Indonesia. Namun pada awal abad ke-20 dibangun Masjid
Raya Al-Mashun dengan menggunakan atap kubah. Hal ini menimbulkan
pertanyaan mengapa Masjid Raya Al-Mashun berbeda dari masjid lainnya.
Pertanyaan tersebut menjadi salah satu faktor Masjid Raya Al-Mashun menarik
untuk diteliti. Faktor lainnya, ternyata belum banyak yang mengkaji masjid tersebut
sehingga masih banyak informasi yang belum diketahui, seperti siapakah arsitek
dari Masjid Raya Al-Mashun dan bagaimana sejarah perkembangan fisik dari
masjid tersebut, apakah pernah dilakukan renovasi besar-besaran yang merubah
fisik dari masjid tersebut.
Namun setelah dikaji lebih jauh, tidak hanya Masjid Raya Al-Mashun yang
menggunakan atap kubah. Terdapat tujuh masjid lainnya yang menggunakan atap
kubah, yaitu Masjid Al-Osmani, Masjid Baiturrahman, Masjid Azizi, Masjid Raya
Binjai, Masjid Raya Stabat, Masjid Raya Penyengat, dan Masjid Syahabuddin.
Seluruh masjid tersebut terletak di pulau sumatera, namun 5 diantaranya terletak
dilokasi yang berdekatan, yaitu Masjid Al-Osmani, Masjid Azizi, Masjid Raya
ii
Binjai, Masjid Raya Stabat, dan Masjid Raya Al-Mashun. Menariknya, kelima
masjid tersebut memiliki kemiripan, seperti bentuk kubah yang digunakan.
Untuk mempersempit kajian, pada penelitian kali ini hanya membahas lima masjid
tersebut. Masjid-masjid tersebut terletak di Keresidenan Sumatera Timur, yang
sekarang lebih dikenal dengan provinsi Sumatera Utara. Fokus utama penelitian ini
membahas mengenai sejarah dan arsitektur Masjid Raya Al-Mashun. Masjid Al-
Osmani, Masjid Azizi, Masjid Raya Binjai, dan Masjid Raya Stabat dibahas sekilas
untuk melihat apakah terdapat hubungan antara keempat masjid tersebut dengan
Masjid Raya Al-Mashun.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengungkapkan arsitek dari Masjid Raya Al-
Mashun, mendeskripsikan karakteristik dan sejarah perkembangan fisik arsitektur
Masjid Raya Al-Mashun, serta meneliti hubungan Masjid Raya Al-Mashun dengan
dengan Masjid-Masjid berkubah lainnya di Keresidenan Sumatera Timur.
Pengumpulan data dilakukan dengan survey lapangan (pengambilan foto,
pengukuran, dan menggambar ulang objek) dan wawancara kepada stakeholder.
Selain itu juga dilakukan pengumpulan literatur dan foto-foto lama.
Dari hasil pembahasan ditemukan beberapa temuan. Temuan pertama mengenai
arsitek dari Masjid Raya Al-Mashun, yaitu Th. van Erp. Berikutnya, setelah
dilakukan pengamatan mengenai perkembangan fisik Masjid Raya Al-mashun
ditemukan bahwa bahwa tidak banyak perubahan yang terjadi pada bangunan
utama Masjid Raya Al-Mashun. Temuan terakhir dari analisis Arsitektural
ditemukan bahwa terdapat hubungan antara kelima masjid tersebut dan Masjid
Raya Al-Mashun merupakan perkembangan terakhir dari keempat masjid lainnya.