digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Masjid-masjid yang dibangun pada umumnya memiliki unsur yang general, namun tetap memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan tersebut umumnya dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Martin Frisman menuliskan bahwa kekhasan masjid di daerah Asia Tenggara adalah menggunakan konstruksi atap tumpuk, begitu pula di Indonesia. Namun pada awal abad ke-20 dibangun Masjid Raya Al-Mashun dengan menggunakan atap kubah. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa Masjid Raya Al-Mashun berbeda dari masjid lainnya. Pertanyaan tersebut menjadi salah satu faktor Masjid Raya Al-Mashun menarik untuk diteliti. Faktor lainnya, ternyata belum banyak yang mengkaji masjid tersebut sehingga masih banyak informasi yang belum diketahui, seperti siapakah arsitek dari Masjid Raya Al-Mashun dan bagaimana sejarah perkembangan fisik dari masjid tersebut, apakah pernah dilakukan renovasi besar-besaran yang merubah fisik dari masjid tersebut. Namun setelah dikaji lebih jauh, tidak hanya Masjid Raya Al-Mashun yang menggunakan atap kubah. Terdapat tujuh masjid lainnya yang menggunakan atap kubah, yaitu Masjid Al-Osmani, Masjid Baiturrahman, Masjid Azizi, Masjid Raya Binjai, Masjid Raya Stabat, Masjid Raya Penyengat, dan Masjid Syahabuddin. Seluruh masjid tersebut terletak di pulau sumatera, namun 5 diantaranya terletak dilokasi yang berdekatan, yaitu Masjid Al-Osmani, Masjid Azizi, Masjid Raya ii Binjai, Masjid Raya Stabat, dan Masjid Raya Al-Mashun. Menariknya, kelima masjid tersebut memiliki kemiripan, seperti bentuk kubah yang digunakan. Untuk mempersempit kajian, pada penelitian kali ini hanya membahas lima masjid tersebut. Masjid-masjid tersebut terletak di Keresidenan Sumatera Timur, yang sekarang lebih dikenal dengan provinsi Sumatera Utara. Fokus utama penelitian ini membahas mengenai sejarah dan arsitektur Masjid Raya Al-Mashun. Masjid Al- Osmani, Masjid Azizi, Masjid Raya Binjai, dan Masjid Raya Stabat dibahas sekilas untuk melihat apakah terdapat hubungan antara keempat masjid tersebut dengan Masjid Raya Al-Mashun. Tujuan dari penelitian ini untuk mengungkapkan arsitek dari Masjid Raya Al- Mashun, mendeskripsikan karakteristik dan sejarah perkembangan fisik arsitektur Masjid Raya Al-Mashun, serta meneliti hubungan Masjid Raya Al-Mashun dengan dengan Masjid-Masjid berkubah lainnya di Keresidenan Sumatera Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan survey lapangan (pengambilan foto, pengukuran, dan menggambar ulang objek) dan wawancara kepada stakeholder. Selain itu juga dilakukan pengumpulan literatur dan foto-foto lama. Dari hasil pembahasan ditemukan beberapa temuan. Temuan pertama mengenai arsitek dari Masjid Raya Al-Mashun, yaitu Th. van Erp. Berikutnya, setelah dilakukan pengamatan mengenai perkembangan fisik Masjid Raya Al-mashun ditemukan bahwa bahwa tidak banyak perubahan yang terjadi pada bangunan utama Masjid Raya Al-Mashun. Temuan terakhir dari analisis Arsitektural ditemukan bahwa terdapat hubungan antara kelima masjid tersebut dan Masjid Raya Al-Mashun merupakan perkembangan terakhir dari keempat masjid lainnya.