digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Nikel adalah logam yang jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya dapat membentuk baja tahan karat yang keras, ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang baik terhadap panas dan listrik. Logam nikel dalam bentuk paduan banyak digunakan di bidang industri seperti industri stainless steel, kimia, electroplating, dan industri paduan logam lainnya. Di alam, nikel ditambang dari dua jenis bijih utama yaitu sulfida dan oksida (laterit). Indonesia memiliki cadangan nikel laterit sekitar 15,7 persen dari seluruh cadangan nikel laterit di dunia. Saat ini, konsentrasi nikel dari bijih laterit masih belum berhasil karena masalah kompleksitas mineralogi, struktur amorf, asosiasi dengan besi oksida dan mineral silikat, distribusi partikel yang merata dan ukuran yang sangat halus (sampai ukuran nanometer) sehingga benefisiasi secara fisik sulit untuk dilakukan. Pada penelitian ini dilakukan proses penggerusan secara mekanokimia dengan penambahan batubara dan asam sulfat serta tanpa penambahan batubara dan asam sulfat menggunakan planetary ball mill kemudian dilanjutkan dengan pemisahan magnetik pada bijh nikel laterit asal Sulawesi Tenggara. Pengaruh waktu penggerusan, penambahan batubara dan asam sulfat dipelajari pada penelitian ini sebagai variabel yang berpengaruh dalam percobaan. Waktu penggerusan yang digunakan adalah 5, 15, 35 dan 50 jam sedangkan jumlah batubara yang ditambahkan adalah 5 % dan 6% untuk asam sulfat. Untuk percobaan pemisahan magnetik dilakukan dengan cara basah dengan intensitas magnet 1000 gauss. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bijih nikel laterit asal Sulawesi Tenggara mengandung mineral goethite, hematit, krisotil, gaspeite dan kuarsa dengan distribusi nikel yang merata pada bijih. Hasil percobaan penggerusan secara mekanokimia menunjukkan bahwa semakin lama waktu penggerusan kadar Ni dan Fe semakin meningkat dari kadar Ni awal 1,45% naik menjadi 2,36% tanpa penambahan batubara dan asam sulfat, 2,22% dengan penambahan reduktor, 2,33% dengan penambahan asam sulfat dan 2,35% dengan penambahan reduktor dan ii asam sulfat. Sedangkan untuk Fe dimana kadar awal 30,47% naik menjadi 54,65% tanpa penambahan reduktor dan asam sulfat, 52,18% dengan penambahan reduktor, 53,19% dengan penambahan asam sulfat dan 51,07% dengan penambahan reduktor dan asam sulfat. Peningkatan kadar Ni disebabkan suhu reduksi dari bola-bola baja semakin meningkat sehingga meningkatkan selektivitas Ni. Dimana makin tinggi suhu, peningkatan kadar juga semakin tinggi. Sedangkan untuk Fe diperkirakan terjadi perubahan fasa dari goethite menjadi hematit atau magnetit, pada distribusi ukuran partikel D90 67,71 ?m. Hasil dari pemisahan magnetik memberikan hasil terbaik dengan kadar Ni 2,61% dan Fe 53,28% dengan perolehan Ni 73,3% dan perolehan Fe 68,84%.