Nikel adalah logam yang jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya
dapat membentuk baja tahan karat yang keras, ferromagnetis, dan merupakan
konduktor yang baik terhadap panas dan listrik. Logam nikel dalam bentuk paduan
banyak digunakan di bidang industri seperti industri stainless steel, kimia,
electroplating, dan industri paduan logam lainnya. Di alam, nikel ditambang dari
dua jenis bijih utama yaitu sulfida dan oksida (laterit). Indonesia memiliki cadangan
nikel laterit sekitar 15,7 persen dari seluruh cadangan nikel laterit di dunia. Saat ini,
konsentrasi nikel dari bijih laterit masih belum berhasil karena masalah
kompleksitas mineralogi, struktur amorf, asosiasi dengan besi oksida dan mineral
silikat, distribusi partikel yang merata dan ukuran yang sangat halus (sampai ukuran
nanometer) sehingga benefisiasi secara fisik sulit untuk dilakukan.
Pada penelitian ini dilakukan proses penggerusan secara mekanokimia dengan
penambahan batubara dan asam sulfat serta tanpa penambahan batubara dan asam
sulfat menggunakan planetary ball mill kemudian dilanjutkan dengan pemisahan
magnetik pada bijh nikel laterit asal Sulawesi Tenggara. Pengaruh waktu
penggerusan, penambahan batubara dan asam sulfat dipelajari pada penelitian ini
sebagai variabel yang berpengaruh dalam percobaan. Waktu penggerusan yang
digunakan adalah 5, 15, 35 dan 50 jam sedangkan jumlah batubara yang
ditambahkan adalah 5 % dan 6% untuk asam sulfat. Untuk percobaan pemisahan
magnetik dilakukan dengan cara basah dengan intensitas magnet 1000 gauss.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bijih nikel laterit asal Sulawesi Tenggara
mengandung mineral goethite, hematit, krisotil, gaspeite dan kuarsa dengan
distribusi nikel yang merata pada bijih. Hasil percobaan penggerusan secara
mekanokimia menunjukkan bahwa semakin lama waktu penggerusan kadar Ni dan
Fe semakin meningkat dari kadar Ni awal 1,45% naik menjadi 2,36% tanpa
penambahan batubara dan asam sulfat, 2,22% dengan penambahan reduktor, 2,33%
dengan penambahan asam sulfat dan 2,35% dengan penambahan reduktor dan
ii
asam sulfat. Sedangkan untuk Fe dimana kadar awal 30,47% naik menjadi 54,65%
tanpa penambahan reduktor dan asam sulfat, 52,18% dengan penambahan reduktor,
53,19% dengan penambahan asam sulfat dan 51,07% dengan penambahan reduktor
dan asam sulfat. Peningkatan kadar Ni disebabkan suhu reduksi dari bola-bola baja
semakin meningkat sehingga meningkatkan selektivitas Ni. Dimana makin tinggi
suhu, peningkatan kadar juga semakin tinggi. Sedangkan untuk Fe diperkirakan
terjadi perubahan fasa dari goethite menjadi hematit atau magnetit, pada distribusi
ukuran partikel D90 67,71 ?m. Hasil dari pemisahan magnetik memberikan hasil
terbaik dengan kadar Ni 2,61% dan Fe 53,28% dengan perolehan Ni 73,3% dan
perolehan Fe 68,84%.
Perpustakaan Digital ITB