digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Maryono
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani Ringkasan

BAB 1 Maryono
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani Ringkasan

BAB 2 Maryono
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani Ringkasan

BAB 3 Maryono
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani Ringkasan

BAB 4 Maryono
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani Ringkasan

BAB 5 Maryono
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani Ringkasan

PUSTAKA Maryono
PUBLIC Open In Flip Book Resti Andriani Ringkasan

Bijih nikel di Indonesi termasuk bijih laterit yang dikategorikan sebagai bijih nikel laterit tipe saprolit dan tipe limonit. Cadangan bijih lateritik di Indonesia cukup besar sehinggga perlu diolah untuk diambil logam nikel dan kobal. Pengolahan bijih nikel laterit dapat dilakukan melalui metode pelindian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa parameter yang meliputi fraksi ukuran butir, suhu dan lamanya waktu pelindian terhadap karakteristik pelindian nikel dan kobal menggunakan media asam nitrat pada tekanan atmosferik dengan umpan bijih berasal dari daerah Sulawesi Tenggara. Karakteristik pelindian besi, aluminium dan magnesium juga dipelajari karena besi, aluminium dan magnesium ikut terlarut selama pelindian. Metode pelindian yang digunakan adalah metode pelindian pada tekanan atmosfer menggunakan media pelindi asam nitrat. Parameter yang dipelajari dalam pelindian adalah persen solid, konsentrasi asam, fraksi ukuran butir, suhu dan lamanya waktu pelindian. Karakterisasi mineralogi terhadap sampel bijih nikel laterit menggunakan analisis AAS, XRD dan SEM. Sedangkan jumlah unsur-unsur yang terlarut pada selang waktu tertentu selama pelindian dianalisis menggunakan AAS, disamping itu residu pelindian dianalisis XRD untuk mengetahui komposisi mineral dan analisis SEM untuk mengetahui morphologi mineral dan distribusi unsur-unsurnya. Unsur nikel dan kobal dalam bijih nikel laterit asal Sulawesi Tenggara baik tipe limonit maupun saprolit terdistribusi di semua fraksi ukuran. Mineral nikel dalam bijih nikel laterit tipe saprolit terdapat sebagai mineral asosiasi dengan magnesium silikat, sedangkan dalam bijih nikel laterit tipe limonit sebagian besar terdapat dalam mineral-mineral besi. Pengecilan fraksi ukuran butir, penambahan konsentrasi asam nitrat dan naiknya suhu pelindian menaikkan secara signifikan jumlah nikel dan kobal yang terlarut, disamping unsur lain yaitu besi, aluminium dan magnesium. Hasil percobaan pada kondisi terbaik yaitu suhu 900C, fraksi ukuran butir -200+325 mesh, konsentrasi asam nitrat 4M pada pelindian bijih nikel laterit tipe saprolit diperoleh persen ekstraksi Ni, Co, Fe, Al dan Mg berturut-turut 99,51 % ,98,10, 89,29%, 88,33% dan 59,96%. Pada kondisi parameter yang sama untuk pelindian bijih nikel laterit tipe limonit diperoleh persen ekstraksi Ni, Co, Fe, Al dan Mg berturut-turut 88,97%, 99,57%, 47,20%, 67,00% dan 48,22%. Pelindian bijih nikel laterit tipe saprolit dan limonit selektif terhadap besi dengan naiknya persen solid. Sedangkan selektifitas Mg dan Al semakin tinggi dengan naiknya persen solid untuk pelindian bijih nikel laterit tipe saprolit tetapi untuk pelindian bijih tipe limonit selektifitasnya menurun. Selektifitas unsur Fe, Mg, dan Al terhadap nikel tidak dipengaruhi oleh kenaikan konsentrasi asam nitrat dari 1M sampai 4M baik pada pelindian bijih nikel tipe saprolit maupun tipe limonit. Pada pelindian bijih tipe saprolit, nilai selektifitas besi terhadap nikel mempunyai nilai yang hampir sama untuk semua fraksi ukuran bijih, sementara nilai selektifitas Al meningkat dengan semakin halusnya fraksi ukuran butir. Selektifitas Mg naik dari fraksi ukuran -60+100 sampai -100+150 mesh, menurun pada fraksi ukuran -150+200 mesh dan naik kembali pada fraksi ukuran -200+325 mesh. Sedangkan pada pelindian bijih tipe limonit, selektifitas Mg terhadap nikel lebih tinggi daripada selektifitas Fe dan Al pada berbagai fraksi ukuran bijih yang diamati. Pelindian bijih tipe saprolit dan tipe limonit pada suhu yang lebih rendah lebih selektif terhadap magnesium dibanding besi dan aluminium, sementara selektifitas besi terhadap nikel meningkat dengan naiknya suhu pelindian untuk kedua tipe bijih tersebut. Kinetika proses pelindian bijih nikel laterit tipe saprolit dan tipe limonit mengikuti kinetika shrinking core model dengan nilai energi aktivasi masing-masing 4,34 kJ/mol dan 17,91 kJ/mol. Sesuai dengan model kinetika yang digunakan dan berdasarkan analisis XRD dan SEM terhadap residu hasil pelindian bijih nikel laterit tipe saprolit dan limonit, mineral silikat tidak ikut terlarut secara signifikan