






Bijih nikel di Indonesi termasuk bijih laterit yang dikategorikan sebagai bijih
nikel laterit tipe saprolit dan tipe limonit. Cadangan bijih lateritik di Indonesia
cukup besar sehinggga perlu diolah untuk diambil logam nikel dan kobal.
Pengolahan bijih nikel laterit dapat dilakukan melalui metode pelindian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa parameter yang
meliputi fraksi ukuran butir, suhu dan lamanya waktu pelindian terhadap
karakteristik pelindian nikel dan kobal menggunakan media asam nitrat pada
tekanan atmosferik dengan umpan bijih berasal dari daerah Sulawesi Tenggara.
Karakteristik pelindian besi, aluminium dan magnesium juga dipelajari karena
besi, aluminium dan magnesium ikut terlarut selama pelindian. Metode pelindian
yang digunakan adalah metode pelindian pada tekanan atmosfer menggunakan
media pelindi asam nitrat. Parameter yang dipelajari dalam pelindian adalah
persen solid, konsentrasi asam, fraksi ukuran butir, suhu dan lamanya waktu
pelindian.
Karakterisasi mineralogi terhadap sampel bijih nikel laterit menggunakan analisis
AAS, XRD dan SEM. Sedangkan jumlah unsur-unsur yang terlarut pada selang
waktu tertentu selama pelindian dianalisis menggunakan AAS, disamping itu
residu pelindian dianalisis XRD untuk mengetahui komposisi mineral dan analisis
SEM untuk mengetahui morphologi mineral dan distribusi unsur-unsurnya.
Unsur nikel dan kobal dalam bijih nikel laterit asal Sulawesi Tenggara baik tipe
limonit maupun saprolit terdistribusi di semua fraksi ukuran. Mineral nikel dalam
bijih nikel laterit tipe saprolit terdapat sebagai mineral asosiasi dengan magnesium
silikat, sedangkan dalam bijih nikel laterit tipe limonit sebagian besar terdapat
dalam mineral-mineral besi.
Pengecilan fraksi ukuran butir, penambahan konsentrasi asam nitrat dan naiknya
suhu pelindian menaikkan secara signifikan jumlah nikel dan kobal yang terlarut,
disamping unsur lain yaitu besi, aluminium dan magnesium. Hasil percobaan pada
kondisi terbaik yaitu suhu 900C, fraksi ukuran butir -200+325 mesh, konsentrasi
asam nitrat 4M pada pelindian bijih nikel laterit tipe saprolit diperoleh persen
ekstraksi Ni, Co, Fe, Al dan Mg berturut-turut 99,51 % ,98,10, 89,29%, 88,33%
dan 59,96%. Pada kondisi parameter yang sama untuk pelindian bijih nikel laterit
tipe limonit diperoleh persen ekstraksi Ni, Co, Fe, Al dan Mg berturut-turut
88,97%, 99,57%, 47,20%, 67,00% dan 48,22%.
Pelindian bijih nikel laterit tipe saprolit dan limonit selektif terhadap besi dengan
naiknya persen solid. Sedangkan selektifitas Mg dan Al semakin tinggi dengan
naiknya persen solid untuk pelindian bijih nikel laterit tipe saprolit tetapi untuk
pelindian bijih tipe limonit selektifitasnya menurun. Selektifitas unsur Fe, Mg,
dan Al terhadap nikel tidak dipengaruhi oleh kenaikan konsentrasi asam nitrat dari
1M sampai 4M baik pada pelindian bijih nikel tipe saprolit maupun tipe limonit.
Pada pelindian bijih tipe saprolit, nilai selektifitas besi terhadap nikel mempunyai
nilai yang hampir sama untuk semua fraksi ukuran bijih, sementara nilai
selektifitas Al meningkat dengan semakin halusnya fraksi ukuran butir.
Selektifitas Mg naik dari fraksi ukuran -60+100 sampai -100+150 mesh, menurun
pada fraksi ukuran -150+200 mesh dan naik kembali pada fraksi ukuran -200+325
mesh. Sedangkan pada pelindian bijih tipe limonit, selektifitas Mg terhadap nikel
lebih tinggi daripada selektifitas Fe dan Al pada berbagai fraksi ukuran bijih yang
diamati.
Pelindian bijih tipe saprolit dan tipe limonit pada suhu yang lebih rendah lebih
selektif terhadap magnesium dibanding besi dan aluminium, sementara selektifitas
besi terhadap nikel meningkat dengan naiknya suhu pelindian untuk kedua tipe
bijih tersebut. Kinetika proses pelindian bijih nikel laterit tipe saprolit dan tipe
limonit mengikuti kinetika shrinking core model dengan nilai energi aktivasi
masing-masing 4,34 kJ/mol dan 17,91 kJ/mol. Sesuai dengan model kinetika
yang digunakan dan berdasarkan analisis XRD dan SEM terhadap residu hasil
pelindian bijih nikel laterit tipe saprolit dan limonit, mineral silikat tidak ikut
terlarut secara signifikan