Kromium merupakan unsur yang menjadi kebutuhan manusia dalam jumlah
terbatas untuk membantu metabolisme, namun terdapat ion kromium yang
memiliki efek karsinogenik dan berbahaya bagi manusia yaitu ion kromium
bervalensi enam, Cr(VI). Keberadaan Cr(VI) ditemukan pada aliran air permukaan
di dekat area tambang nikel laterit hal ini menjadi perhatian karena dapat menjadi
sumber kontaminan bagi sekitarnya serta potensinya untuk mencemari akuifer
airtanah. Dalam upaya menentukan potensi pencemaran Cr(VI) pada area
penambangan nikel laterit khususnya pada void dan sediment pond, penelitian skala
laboratorium dilakukan dengan pendekatan eksperimental untuk menentukan
faktor-faktor yang berpengaruh pada pembentukan Cr(VI). Simulasi dilakukan
selama sepuluh hari pada dua bijih nikel laterit dari sumber berbeda yang kemudian
direndam oleh air hujan. Pengambilan data sifat fisik-kimia air dilakukan setiap hari
serta pengambilan conto air untuk kemudian diuji laboratorium dilakukan untuk
melihat perubahan sifat fisik-kimia air serta perubahan komposisi kimia air
khusunya logam terlarut pada air termasuk Cr total dan Cr(VI). Hasil pengukuruan
dan pengujian laboratorium menunjukan bahwa bijih nikel laterit yang terdapat
banyak mineral serpentin dan ubahannya menghasilkan lebih banyak Cr yang dapat
teroksidasi menjadi Cr(VI) khusunya pada limonit dan saprolit, sedangkan bedrock
tidak dapat melepaskan Cr selama simulasi berlangsung. Faktor yang menjadi
penentu pembentukan Cr(VI) adalah pH air, dimana pH yang basa dapat
mengoksidasi Cr dan menjaga Cr(VI) tetap stabil namun pH air hujan hanya dapat
mengoksidasi Cr(VI) pada lingkungan kaya FeOx. Lamanya penyinaran sinar UV
dan kehadiran gas O2 mendukung terbentuknya Cr(VI) pada jumlah yang lebih
banyak pada lingkungan kaya FeOx, hal ini mengindikasikan pengkayaan Cr(VI)
pada air yang berinteraksi dengan singkapan bijih nikel laterit terbentuk melalui
proses oksidasi fotokimia.