digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Yudhistira Hananto Putra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Yudhistira Hananto Putra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 2 Yudhistira Hananto Putra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 3 Yudhistira Hananto Putra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 4 Yudhistira Hananto Putra
PUBLIC Resti Andriani

BAB 5 Yudhistira Hananto Putra
PUBLIC Resti Andriani

PUSTAKA Yudhistira Hananto Putra
PUBLIC Resti Andriani

Salah satu cara mengekstraksi bijih nikel dengan melalui proses pirometalurgi adalah menggunakan teknologi rotary kiln - electric furnace (RKEF). Ketersediaan bijih nikel dengan kualitas yang sesuai untuk diolah dengan teknologi RKEF merupakan salah satu tantangan besar bagi industri feronikel saat ini. Rasio SiO2/MgO (S/M) dalam bijih merupakan salah satu parameter penting yang menentukan kualitas bijih. Rasio S/M yang tidak kompatibel dalam bijih dapat menyebabkan masalah, salah satunya adalah interaksi kimia yang agresif antara terak dan refraktori MgO selama proses peleburan dalam tungku listrik. Eksperimen dalam penelitian ini bertujuan mempelajari interaksi antara terak dan refraktori, dimulai dengan menggunakan terak sintetis dan krusibel MgO yang selanjutnya dibandingkan dengan menggunakan terak feronikel dan refraktori MgO yang langsung didapatkan dari PT Antam Tbk. Teknik yang digunakan adalah teknik cup test dimana terak dilebur dalam suatu refraktori berbentuk cup dalam suatu vertical tube furnace pada temperatur 1450-1550oC. Variabel yang divariasikan adalah rasio S/M, temperatur proses, dan waktu peleburan. Setelah dilebur, sampel di-quenching dan di-mounting yang kemudian dianalisis menggunakan scanning electron microscope - electron dispersive spectroscopy (SEM-EDS). Simulasi termodinamika dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak termokimia FactSage 8.0 untuk mendukung evaluasi hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio S/M di dalam terak, semakin lama proses peleburan, dan semakin tinggi temperatur maka semakin tinggi kecenderungan terak untuk mengkorosi refraktori. Hal ini ditunjukkan semakin tingginya kadar Si dan Fe di dalam refraktori yang menunjukkan terak yang berhasil berpenetrasi ke dalam refraktori dan kadar Mg yang makin tinggi di terak yang menunjukkan pelarutan dari MgO. Fasa olivine terbentuk pada antarmuka refraktori dengan terak dan menghambat penetrasi SiO2 lebih lanjut. Sedangkan FeO terlihat berpenetrasi jauh ke dalam refraktori membentuk fasa monoksida melalui difusi.