digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Bahari Setiawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Bahari Setiawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Bahari Setiawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Bahari Setiawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Bahari Setiawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Bahari Setiawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Bahari Setiawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 6 Bahari Setiawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Bahari Setiawan
PUBLIC Irwan Sofiyan

Tektonik Sumatra dicirikan oleh pola subduksi miring yang mengakibatkan segmentasi pada pergerakannya. Pergerakan tersebut adalah dip-slip pada fore arc dan strike-slip pada Zona Sesar Sumatra yang merupakan sesar mendatar menganan. Pada Sumatra telah banyak dilakukan penelitian mengenai kegempaanya, namun masih sedikit yang spesifik membahas mengenai kegempaan pada zona sesar aktif ini. Gempabumi sendiri merupakan sebuah kejadian yang sangat kompleks, namun dapat dikuantifikasi menggunakan konsep fraktal. Data pada penelitian ini, baik katalog gempa maupun sesar aktif, didapatkan dari PuSGeN (Pusat Studi Gempa Nasional). Sesar aktif yang didapatkan merupakan sesar yang pernah bergerak atau pernah terjadi gempa dalam kurun 10.000 tahun terakhir. Katalog gempa memiliki batas bawah 4,5 Mw dan berkisar mulai dari Tahun 1900 sampai 2016. Katalog gempa tersebut kemudian dipilah dengan kriteria gempa dangkal yang tidak berhubungan dengan subduksi maupun Zona Benioff. Setelahnya, didapatkan sebanyak 15 gempa yang diikuti dengan gempa susulan. Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk menentukan fraktal persebaran spasial gempa susulan adalah integral korelasi dua titik. Fraktal sesar aktif ditentukan dengan metode perhitungan kotak. Nilai fraktal persebaran spasial gempa susulan (D2) didapatkan dengan rentang mulai dari 1,03 (± 0,03) sampai 1,68 (± 0,08). Perhitungan fraktal sesar aktif (D0) mendapatkan nilai dengan rentang dari 0,95 (± 0,03) sampai 1,16 (± 0,01). Korelasi positif didapatkan pada penelitian ini menggunakan metode least squared regression dan memiliki 3 pola yang berbeda. Pola pertama memiliki persamaan D2 = (0,72 ± 0,02)D0 + (0,91 ± 0,02). Sedangkan persamaan kedua memiliki gradien yang lebih tinggi yaitu D2 = (1,88 ± 0,02)D0 - (0,63 ± 0,23). Korelasi yang terakhir adalah D2 = (0,95 ± 0,15)D0 + (0,04 ± 0,17). Pola pertama dan ketiga memiliki gradien yang relatif sama, dengan perbedaan 0,05. Adapun perbedaan intercept yang cukup tinggi terlihat pada kedua pola ini. Persamaan dan perbedaan ini diduga merupakan adanya persamaan mekanisme gempa susulan, namun adanya perbedaan yang cukup signifikan pada nilai b, perbedaan segmen dan jumlah gempa susulan. Hal tersebut juga membuktikan adanya hubungan self-organized critical atau scale invariance pada sesar aktif dan persebaran spasial gempa susulan. Selanjutnya, pada pola kedua memiliki nilai gradien lebih besar disebabkan oleh mekanisme gempa ganda (earthquake doublet). Gempa susulan yang lebih tinggi pada gempa ganda menjadi penyebab terjadinya perbedaan gradien. Pada penenlitian ini terdapat dua kejadian gempa yang tidak mengikuti ketiga pola tersebut. Diduga kejadian tersebut memiliki mekanisme gempa susulan yang tidak berhubungan dengan sesar aktif.