digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Yudiansyah Arya Dinanta
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER - Yudiansyah Arya Dinanta
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB I - Yudiansyah Arya Dinanta
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB II - Yudiansyah Arya Dinanta
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB III - Yudiansyah Arya Dinanta
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB IV - Yudiansyah Arya Dinanta
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB V - Yudiansyah Arya Dinanta
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB VI - Yudiansyah Arya Dinanta
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN - Yudiansyah Arya Dinanta
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA - Yudiansyah Arya Dinanta
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Lapangan Tembak yang berlokasi di Cekungan Sumatra Selatan merupakan salah satu lapangan yang memiliki potensi hidrokarbon pada Formasi Gumai dan Air Benakat. Keberadaan struktur sesar di lapangan ini mengontrol akumulasi hidrokarbon, sehingga analisis sifat penyekatnya menjadi krusial untuk mitigasi risiko eksplorasi dan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sifat sekatan sesar menggunakan metode Shale Gouge Ratio (SGR) untuk menentukan area yang berpotensi menyekat (seal) atau bocor (leak). Analisis dilakukan berdasarkan data seismik 3D dan data log tali kawat dari empat sumur (AK-45, AK-46, AK-47, dan AK-48). Metode penelitian meliputi pembuatan diagram kesehadapan litologi (juxtaposition), pemodelan properti volume serpih (vshale), peta loncatan vertikal (throw), dan peta SGR pada bidang sesar. Hasil analisis menunjukkan nilai throw sesar berkisar antara 2-60 m, dengan nilai rata-rata 25 m. Berdasarkan kalibrasi dengan data kontak fluida antar sumur, nilai batas pancung SGR sebesar 15% ditetapkan sebagai penentu sifat sekatan. Hasil perhitungan SGR di sepanjang bidang sesar menghasilkan nilai antara 11-92%. Analisis pada sesar F-22 dan F-23 menunjukkan potensi kebocoran pada interval Formasi Air Benakat, sementara pada Formasi Gumai cenderung bersifat menyekat. Faktor dominan yang menyebabkan kebocoran ini adalah kesehadapan antar lapisan batupasir (sand-to-sand juxtaposition) dan rendahnya nilai Vshale di zona sesar.