digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Fenomena banjir dan genangan selalu terjadi setiap tahun pada musim penghujan di sebagian besar wilayah Indonesia, terutama wilayah perkotaan. Hal ini dipengaruhi oleh aktifitas manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan seperti banyaknya daerah resapan yang telah beralih fungsi lahan. Dampak yang ditimbulkan dari perubahan penggunaan lahan dari ruang terbuka hijau menjadi kawasan terbangun akan mempengaruhi kemampuan resapan air oleh tanah, di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS), sehingga menyebabkan terjadinya banjir dan kerugian baik sosial maupun materil. Salah satu faktor yang menyebabkan besarnya kerugian akibat bencana banjir adalah masyarakat yang wilayahnya terkena banjir tidak memiliki waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dan harta benda yang dimiliki. Peringatan dini merupakan langkah awal kesiapsiagaan untuk mengurangi korban jiwa dan harta benda. Sistem peringatan dini menjadi hubungan yang kritis antara tindakan dalam kesiapsiagaan dengan kegiatan tanggap darurat, agar masyarakat dapat lebih siap jika banjir akan datang. Sehingga dapat meminimalkan kerugian karena semakin lama waktu peringatan maka semakin sedikit kerugian yang dialami. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap debit puncak, waktu puncak, dan waktu peringatan dini di wilayah DAS Citarum Hulu. Dalam rangka untuk melihat pengaruh perubahan tata guna lahan tersebut pada kajian ini digunakan model dengan menggunakan program MIKE SHE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di DAS Citarum Hulu telah mengalami perubahan guna lahan dari tahun 1990 sampai 2016. Perubahan tata guna lahan ini telah menyebabkan peningkatan nilai koefisien aliran permukaan (C), dan debit banjir. Waktu peringatan tambahan yang didapatkan antara 20 menit sampai 45 menit.