digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ergha Widya Sarjana
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

COVER Ergha Widya Sarjana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Ergha Widya Sarjana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Ergha Widya Sarjana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Ergha Widya Sarjana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Ergha Widya Sarjana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Ergha Widya Sarjana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Ergha Widya Sarjana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Terapi dengan rekayasa jaringan menggunakan sel punca memiliki potensi tinggi untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti low back pain (LBP). LBP biasanya disebabkan karena terdapat bagian intervertebral disc (IVD) yaitu nucleus pulposus (NP) yang terdegradasi. Pada tubuh manusia NP berada dalam kondisi hipoksia dan mengandung banyak kondrosit dengan matriks ekstraselular seperti kolagen tipe 2 dan glycosaminoglycans (GAG). Salah satu sumber sel yang dapat digunakan untuk terapi LBP adalah human adipose derived stem cells (hADSC) yang berasal dari jaringan lemak karena dapat berdiferensiasi menjadi kondrosit, sehingga penggunaan hADSC untuk rekayasa jaringan sebagai terapi LBP memiliki potensi tinggi. Penelitian sebelumnya telah membuktikan hADSC yang ditumbuhkan pada scaffold sutra pori 500?m dengan induksi platelet rich plasma (PRP) 10% dapat meningkatkan pertumbuhan dan diferensiasi hADSC menjadi kondrosit. Sesuai dengan kondisi di dalam tubuh, konsentrasi oksigen yang rendah merupakan salah satu faktor penting yang dapat mengubah kemampuan pertumbuhan dan diferensiasi hADSC karena dapat mengaktifkan faktor transkripsi berupa hypoxia inducible factor-1? (HIF-1?). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perbedaan kemampuan pertumbuhan hADSC pada kondisi normoksia dan kondisi hipoksia serta menganalisis perbedaan kemampuan diferensiasi hADSC pada kondisi normoksia dan hipoksia dilihat dari jumlah GAG dan visualisasi kolagen tipe 2 serta HIF-1?. Sel punca dari jaringan lemak yang didapatkan terlebih dahulu dikarakterisasi dengan uji plastic adherence, keberadaan marker hADSC, dan multipotensi. Kemampuan pertumbuhan hADSC ditentukan melalui MTT Assay. Diferensiasi hADSC diuji menggunakan analisis jumlah GAG dengan metode pewarnaan alcian blue dan visualisasi kolagen tipe 2 serta HIF-1? dengan metode immunocytochemistry (ICC). Sel yang didapatkan dari jaringan lemak telah memenuhi syarat dari ketiga uji karakterisasi hADSC sehingga sel yang dimiliki dapat dinyatakan sebagai hADSC. hADSC yang didapatkan dari jaringan lemak dikultur pada scaffold sutra pori 500 ?m dengan induksi 10% PRP dalam kondisi normoksia serta hipoksia 2% dan 5% selama 21 hari. Visualisasi kolagen tipe 2 terdeteksi lebih banyak pada sampel dalam kondisi hipoksia dibandingkan normoksia. HIF-1? hanya terdeteksi pada hADSC yang dikultur dalam kondisi hipoksia. Kemampuan pertumbuhan hADSC dalam kondisi hipoksia lebih tinggi dibandingkan dengan normoksia, namun pertumbuhan sel pada kondisi hipoksia menurun setelah hari ke-7. Kemampuan diferensiasi hADSC dalam kondisi hipoksia lebih tinggi dibandingkan dengan normoksia berdasarkan jumlah GAG. Berdasarkan dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kondisi hipoksia dapat meningkatkan kemampuan pertumbuhan dan diferensiasi hADSC menjadi kondrosit.