ABSTRAK Ergha Widya Sarjana
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB
COVER Ergha Widya Sarjana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Ergha Widya Sarjana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Ergha Widya Sarjana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Ergha Widya Sarjana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Ergha Widya Sarjana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Ergha Widya Sarjana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Ergha Widya Sarjana
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terapi dengan rekayasa jaringan menggunakan sel punca memiliki potensi tinggi untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti low back pain (LBP). LBP biasanya
disebabkan karena terdapat bagian intervertebral disc (IVD) yaitu nucleus pulposus (NP) yang
terdegradasi. Pada tubuh manusia NP berada dalam kondisi hipoksia dan mengandung banyak
kondrosit dengan matriks ekstraselular seperti kolagen tipe 2 dan glycosaminoglycans (GAG).
Salah satu sumber sel yang dapat digunakan untuk terapi LBP adalah human adipose derived
stem cells (hADSC) yang berasal dari jaringan lemak karena dapat berdiferensiasi menjadi
kondrosit, sehingga penggunaan hADSC untuk rekayasa jaringan sebagai terapi LBP memiliki
potensi tinggi. Penelitian sebelumnya telah membuktikan hADSC yang ditumbuhkan pada
scaffold sutra pori 500?m dengan induksi platelet rich plasma (PRP) 10% dapat meningkatkan
pertumbuhan dan diferensiasi hADSC menjadi kondrosit. Sesuai dengan kondisi di dalam tubuh,
konsentrasi oksigen yang rendah merupakan salah satu faktor penting yang dapat mengubah
kemampuan pertumbuhan dan diferensiasi hADSC karena dapat mengaktifkan faktor transkripsi
berupa hypoxia inducible factor-1? (HIF-1?). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
perbedaan kemampuan pertumbuhan hADSC pada kondisi normoksia dan kondisi hipoksia serta
menganalisis perbedaan kemampuan diferensiasi hADSC pada kondisi normoksia dan hipoksia
dilihat dari jumlah GAG dan visualisasi kolagen tipe 2 serta HIF-1?. Sel punca dari jaringan
lemak yang didapatkan terlebih dahulu dikarakterisasi dengan uji plastic adherence,
keberadaan marker hADSC, dan multipotensi. Kemampuan pertumbuhan hADSC ditentukan
melalui MTT Assay. Diferensiasi hADSC diuji menggunakan analisis jumlah GAG dengan
metode pewarnaan alcian blue dan visualisasi kolagen tipe 2 serta HIF-1? dengan metode
immunocytochemistry (ICC). Sel yang didapatkan dari jaringan lemak telah memenuhi syarat
dari ketiga uji karakterisasi hADSC sehingga sel yang dimiliki dapat dinyatakan sebagai hADSC.
hADSC yang didapatkan dari jaringan lemak dikultur pada scaffold sutra pori 500 ?m dengan
induksi 10% PRP dalam kondisi normoksia serta hipoksia 2% dan 5% selama 21 hari.
Visualisasi kolagen tipe 2 terdeteksi lebih banyak pada sampel dalam kondisi hipoksia
dibandingkan normoksia. HIF-1? hanya terdeteksi pada hADSC yang dikultur dalam kondisi
hipoksia. Kemampuan pertumbuhan hADSC dalam kondisi hipoksia lebih tinggi dibandingkan
dengan normoksia, namun pertumbuhan sel pada kondisi hipoksia menurun setelah hari ke-7.
Kemampuan diferensiasi hADSC dalam kondisi hipoksia lebih tinggi dibandingkan dengan
normoksia berdasarkan jumlah GAG. Berdasarkan dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
kondisi hipoksia dapat meningkatkan kemampuan pertumbuhan dan diferensiasi hADSC menjadi
kondrosit.