digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kesehatan organisasi adalah kemampuan untuk menyelaraskan dan mencapai tujuan strategis dan sangat penting untuk kinerja jangka panjang. Namun, menurut McKinsey (2010), banyak pemimpin mengabaikan kesehatan organisasi karena mereka tidak memiliki cara yang jelas untuk mengukur dan memperbaikinya. Indeks Kesehatan Organisasi (OHI) menerapkan kekakuan analitis untuk manajemen kesehatan organisasi. Solusi Indeks Kesehatan Organisasi mengukur dan melacak elemen-elemen organisasi yang mendorong kinerja. Ini memberikan peta jalan yang sederhana namun kuat bagi para pemimpin dan manajer untuk meningkatkan kesehatan organisasi (Mckinsey, 2010). Sebagai Badan Usaha Milik Negara, Waskita tidak pernah melakukan penilaian kesehatan organisasi. Penulis memperoleh informasi ini dengan melakukan wawancara pra-penelitian dengan sekretaris divisi Human Capital Management di Waskita. Kesehatan organisasi dalam perusahaan sangat berpengaruh dalam kinerja kerja perusahaan itu sendiri. Jika kita kaitkan dengan kasus Waskita dan pengembangan infrastruktur Indonesia yang sedang diluncurkan, maka OHI akan sangat berguna bagi Waskita. Selain itu, Waskita adalah salah satu perusahaan negara terkemuka di Indonesia yang memainkan peran utama dalam pembangunan negara. Kemudian, OHI penting agar Waskita memantau dan mempertahankan kinerja untuk mempercepat proses pembangunan infrastruktur negara. Peneliti akan menggunakan jenis penelitian dalam bentuk kuantitatif, karena penelitian bisnis kuantitatif dapat didefinisikan sebagai penelitian bisnis yang membahas tujuan penelitian melalui penilaian empiris yang melibatkan pengukuran dan pendekatan analisis numerik. Apabila melihat mean score dari tiap praktek tanpa di kelompokan keadalam archaetype, maka praktek open and trusting berkontribusi besar pada pembentukan OHI di waskita. Hal ini disusul juga oleh prioritas pegawai terhadap kapabilitas dan pengaruh motivasi pada lingkungan kerja. Sebaliknya, kita dapat melihat bahwa aspek kepemimpinan di waskita berkontribusi minim terhadap pembentukan OHI di waskita. Dari sudut pandang pengelompokan archaetype, OHI di waskita dapat dikembangkan pada aspek knowledge core. Hal ini dikarenakan waskita belum meprioritaskan praktek knowledge core secara maksimal. Jika melihat tiap praktek tanpa mengelompokan archaetype, maka aspek kepemimpinan dapat dikembangkan agar berkontribusi lebih besar terhadap pembentukan OHI di waskita. Selain itu, penulis merekomendasikan bahwa Waskita harus fokus pada mengejar arketipe yang didorong oleh kepemimpinan dan fokus pasar untuk memenuhi visi dan misinya.