digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kewirausahaan sosial merupakan tren yang muncul sebagai alternatif bisnis untuk memecahkan masalah masyarakat yang paling mendesak. Saat ini, total pekerjaan penyandang disabilitas di sektor formal hanya 1%. Mereka tidak mampu bersaing di pasar tenaga kerja karena perusahaan membutuhkan pekerja dengan kompetensi tertentu. Kurangnya akses pendidikan dan pelatihan atau sumber daya keuangan menjadi penyebab atas keterbatasan mereka di pasar tenaga kerja. Dalam hal ini, perusahaan komersial gagal mengatasi masalah pasar kerja dengan masyarakat yang terpinggirkan. Karena kekuatan pasar komersial tidak dapat memenuhi kebutuhan sosial, hal itu menciptakan peluang bagi pelaku baru yang dapat mengatasi masalah sosial dan ekonomi melalui solusi bisnis yang menciptakan dampak yang lebih berkelanjutan yang disebut kewirausahaan sosial. Kewirausahaan sosial berpotensi untuk pengembangan ekonomi dan sosial di Indonesia karena mereka berkontribusi pada ekonomi dan kebutuhan sosial yang tidak dapat dipenuhi oleh pengusaha komersial. Tujuan sosial yang ditentukan oleh perusahaan hanya dapat dicapai jika bisnis memiliki kemampuan untuk melakukan penjualan dan berkelanjutan. Supaya memiliki nilai lebih, usaha sosial di Indonesia mengkampanyekan pemberdayaan sosial pada produk yang mereka jual. Penelitian ini berusaha untuk menyelidiki dampak persepsi pemberdayaan sosial terhadap niat pembelian produk kerajinan usaha sosial. Memahami niat beli akan membantu pelaku bisnis memutuskan strategi produk apa yang harus dipasarkan. Penelitian ini diharapkan menghasilkan rekomendasi bahwa perusahaan sosial dapat diimplementasikan mengenai strategi pemasaran dengan memahami motivasi di balik niat pembelian konsumen dalam produk-produk usaha sosial sehingga tujuan sosial yang muncul oleh perusahaan dapat tercapai. Ada enam variabel yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu persepsi pemberdayaan sosial, persepsi ekologis, stimulasi, pengetahuan, sikap, dan pelabelan / logo. Persepsi pemberdayaan sosial menjelaskan minat untuk membeli produk yang dipengaruhi oleh nilai pemberdayaan sosial yang terkandung dalam produk, persepsi ekologis menjelaskan minat untuk membeli produk yang dipengaruhi oleh aspek lingkungan seperti bebas plastik atau daur ulang, pengetahuan menjelaskan informasi yang diperoleh sebelumnya mengenai usaha sosial, stimulasi menjelaskan harga, kegunaan, dan kenyamanan produk, sikap menjelaskan persepsi tentang profil sosial perusahaan yang membuat produk, dan pelabelan / logo menjelaskan informasi yang menggambarkan merek dan deskripsi produk. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan kuesioner dengan total 212 responden yang memiliki minat pada produk kerajinan dari usaha sosial. Data dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Ada temuan menarik yang menunjukkan persepsi pemberdayaan sosial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap niat beli pada produk kerajinan dari perusahaan sosial. Sebaliknya, keberadaan pelabelan yang menjelaskan penyebab sosial dan bagaimana produk dibuat memiliki pengaruh paling kuat, diikuti oleh sikap pelanggan terhadap perusahaan sosial dan persepsi ekologis terhadap produk. Oleh karena itu, wirausahawan sosial di Indonesia dapat direkomendasikan untuk mengoptimalkan produk dalam ketiga aspek tersebut untuk mempengaruhi niat beli pelanggan.