Dengan terbatasnya cakupan pelayanan air bersih publik oleh pemerintah di
Indonesia terutama di kawasan padat penduduk, maka masyarakat dituntut untuk
memiliki peranserta atau partisipasi dalam penyediaan air bersih. Salah satu bentuk
penyediaan air bersih yang sesuai dengan konsep partisipasi masyarakat tersebut
yaitu sarana air bersih komunal. Sarana air bersih komunal merupakan suatu
penyediaan air bersih yang pembangunan dan pengelolaannya dilakukan oleh
masyarakat dengan skala pelayanan yang kecil. Keberhasilan pembangunan
infrastruktur air bersih komunal berbasis masyarakat sangat bergantung partisipasi
dari masyarakat dalam mengelolanya. Tidak jarang sarana komunal yang sudah
dibangun oleh masyarakat menjadi terbengkalai karena ketidakmampuan
masyarakat penggunanya dalam mengelola infrastruktur tersebut. Oleh karena itu,
partisipasi memiliki posisi penting dalam tercapainya pembangunan infrastruktur,
terutama infrastruktur yang berbasis masyarakat. Salah satu infrastruktur air bersih
komunal berbasis masyarakat yang dikelola hingga saat ini berada di RW 7 dan RW
8, Kelurahan Lebak Siliwangi, Kota Bandung. Bentuk partisipasi masyarakat dalam
pembangunan infrastruktur air bersih komunal di kedua wilayah tersebut sebagian
besar berbentuk uang, dan bentuk partisipasi dalam tahap pemeliharaan
infrastruktur berupa iuran sesuai tarif di masing-masing wilayah. Kemudian, tingkat
partisipasi di RW 7 dan 8 dalam tahap pembangunan infrastruktur air bersih
komunal dalam tingkat sedang, dan di tahap pemeliharaan, tingkat partisipasi di RW
7 termasuk dalam kategori rendah, sedangkan RW 8 dalam kategori sedang. Dengan
menggunakan analisis komparasi melalui metode Mann-Whitney U, didapatkan hasil
bahwa terdapat perbedaan tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap
pemeliharaan infrastruktur air bersih komunal, sedangkan dalam tahap
pembangunan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Perbedaan tersebut jika
dikaitkan dengan kondisi air bersih di kedua RW, dimana kuantitas dan kualitas air
bersih komunal di RW 8 saat ini lebih baik dibandingkan di RW 7 sedangkan pada
awal pembangunan keduanya memiliki kuantitas dan kualitas yang sama, maka
dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan
infrastruktur air bersih komunal memiliki peran penting dalam menentukan
keberhasilan pelayanan dari air bersih komunal. Kemudian, dengan menggunakan
analisis korelasional melalui metode Kendall-Tau B, didapatkan hasil bahwa tingkat
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan infrastruktur air bersih komunal
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor sosial dengan variabel hubungan
dengan masyarakat sekitar dalam tahap pembangunan infrastruktur, serta faktor
sosial dengan variael pengalaman berorganisasi, dan faktor fisik dengan variabel
usia dan lama bermukim dalam tahap pemeliharaan infrastruktur air bersih
komunal.
Perpustakaan Digital ITB