digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tembaga (Cu) merupakan logam yang memiliki karakteristik yang unik, seperti konduktor panas dan listrik yang baik, tahan terhadap korosi, dan mudah dibentuk sehingga logam ini sering diaplikasikan di berbagai bidang. Oleh karena itu, permintaan Cu ke depan akan semakin meningkat. Namun, saat ini produksi Cu dunia masih didominasi melalui jalur pirometalurgi (sekitar 80%) yang prosesnya menghasilkan polutan, yaitu partikulat dan gas SO2 sehingga tidak ramah lingkungan serta biaya prosesnya tinggi. Untuk jalur hidrometalurgi dibutuhkan reagen-reagen pelindi yang jumlahnya cukup besar sehingga biaya operasinya juga relatif mahal. Maka dari itu, diperlukan metode ekstraksi yang ramah lingkungan dengan biaya yang relatif lebih murah yaitu dengan jalur biohidrometalurgi/bioleaching, yaitu proses ekstraksi logam menggunakan bantuan mikroorganisme. Namun, pada prosesnya perlu diketahui faktor-faktor operasi yang memengaruhi kinerja mikroorganisme yang digunakan. Oleh karena itu, pada penelitian kali ini dilakukan optimasi proses bioleaching tembaga pada suhu ruang dengan variasi rasio bakteri, persen solid dan persen inokulum dalam medium SKC-Broth modifikasi untuk ditentukan pengaruhnya terhadap persen ektraksi Cu. Serangkaian percobaan diawali dengan preparasi sampel bijih Cu sulfida yang berasal dari Pulau Wetar yang bertujuan untuk mendapatkan ukuran partikel bijih sebesar -200 # (±75?m). Kemudian sampel bijih dilakukan sampling untuk keperluan karakterisasi awal dan percobaan bioleaching. Karakterisasi awal sampel bijih dilakukan menggunakan XRD dan XRF. Selanjutnya dilakukan pembuatan kurva tumbuh bakteri guna mengetahui waktu optimum pertumbuhan bakteri yang digunakan pada percobaan bioleaching: Alicyclobacillus ferooxydans (bakteri A), Bacillus aryabhattai SKC-5 (bakteri B), dan Citrobacter freundii (bakteri BS-5). Selanjutnya dilakukan percobaan bioleaching dengan variasi rasio bakteri guna mendapatkan satu rasio bakteri terbaik yang menghasilkan ekstraksi Cu tertinggi selama 10 hari pelindian. Setelah itu, dilakukan percobaan bioleaching menggunakan rasio bakteri terbaik untuk variasi persen solid dan persen inokulum. Hasil karakterisasi awal dengan XRD menunjukkan bahwa Cu di dalam bijih berada dalam mineral kovelit (CuS) dan kalkopirit (CuFeS2) yang mana dapat dilarutkan dengan adanya asam serta oksidator. Persen ekstraksi Cu tertinggi sebesar 98,19% didapatkan pada kondisi 5%-solid, 5%-inokulum menggunakan mixed-culture bakteri B dan bakteri BS-5 dengan rasio 1:2. Berdasarkan hasil penelitian, proses bioleaching bijih tembaga sulfida pada temperatur ruang menggunakan bakteri lokal pengoksidasi besi dan sulfur berpotensi untuk diterapkan di skala lapangan dengan optimasi lebih lanjut.