Tembaga (Cu) merupakan logam yang memiliki karakteristik yang unik, seperti konduktor
panas dan listrik yang baik, tahan terhadap korosi, dan mudah dibentuk sehingga logam ini
sering diaplikasikan di berbagai bidang. Oleh karena itu, permintaan Cu ke depan akan
semakin meningkat. Namun, saat ini produksi Cu dunia masih didominasi melalui jalur
pirometalurgi (sekitar 80%) yang prosesnya menghasilkan polutan, yaitu partikulat dan gas
SO2 sehingga tidak ramah lingkungan serta biaya prosesnya tinggi. Untuk jalur
hidrometalurgi dibutuhkan reagen-reagen pelindi yang jumlahnya cukup besar sehingga biaya
operasinya juga relatif mahal. Maka dari itu, diperlukan metode ekstraksi yang ramah
lingkungan dengan biaya yang relatif lebih murah yaitu dengan jalur
biohidrometalurgi/bioleaching, yaitu proses ekstraksi logam menggunakan bantuan
mikroorganisme. Namun, pada prosesnya perlu diketahui faktor-faktor operasi yang
memengaruhi kinerja mikroorganisme yang digunakan. Oleh karena itu, pada penelitian kali
ini dilakukan optimasi proses bioleaching tembaga pada suhu ruang dengan variasi rasio
bakteri, persen solid dan persen inokulum dalam medium SKC-Broth modifikasi untuk
ditentukan pengaruhnya terhadap persen ektraksi Cu.
Serangkaian percobaan diawali dengan preparasi sampel bijih Cu sulfida yang berasal dari
Pulau Wetar yang bertujuan untuk mendapatkan ukuran partikel bijih sebesar -200 #
(±75?m). Kemudian sampel bijih dilakukan sampling untuk keperluan karakterisasi awal dan
percobaan bioleaching. Karakterisasi awal sampel bijih dilakukan menggunakan XRD dan
XRF. Selanjutnya dilakukan pembuatan kurva tumbuh bakteri guna mengetahui waktu
optimum pertumbuhan bakteri yang digunakan pada percobaan bioleaching: Alicyclobacillus
ferooxydans (bakteri A), Bacillus aryabhattai SKC-5 (bakteri B), dan Citrobacter freundii
(bakteri BS-5). Selanjutnya dilakukan percobaan bioleaching dengan variasi rasio bakteri
guna mendapatkan satu rasio bakteri terbaik yang menghasilkan ekstraksi Cu tertinggi selama
10 hari pelindian. Setelah itu, dilakukan percobaan bioleaching menggunakan rasio bakteri
terbaik untuk variasi persen solid dan persen inokulum.
Hasil karakterisasi awal dengan XRD menunjukkan bahwa Cu di dalam bijih berada dalam
mineral kovelit (CuS) dan kalkopirit (CuFeS2) yang mana dapat dilarutkan dengan adanya
asam serta oksidator. Persen ekstraksi Cu tertinggi sebesar 98,19% didapatkan pada kondisi
5%-solid, 5%-inokulum menggunakan mixed-culture bakteri B dan bakteri BS-5 dengan rasio
1:2. Berdasarkan hasil penelitian, proses bioleaching bijih tembaga sulfida pada temperatur
ruang menggunakan bakteri lokal pengoksidasi besi dan sulfur berpotensi untuk diterapkan di
skala lapangan dengan optimasi lebih lanjut.
Perpustakaan Digital ITB