digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2018_TS_PP_CHRISTINA_ESTER_MANTHALINA_HUTABARAT_1-COVER.pdf
Terbatas agus slamet
» ITB

Orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) mengalami penurunan populasi akibat konversi hutan menjadi perkebunan, illegal logging dan fragmentasi habitat. Rehabilitasi orangutan adalah salah satu cara untuk mempertahankan populasi orangutan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas harian, keberhasilan pelepasliaran, dan menghasilkan standar pelepasliaran orangutan pasca rehabilitasi. Penelitian ini dilakukan di hutan Gunung Tarak, Kalimantan Barat pada Juni-Juli 2017. Pengamatan perilaku orangutan dilakukan dengan metode focal animal sampling dan instantaneous sampling per dua menit sepanjang hari mulai dari bangun sampai tidur (nest to nest). Perilaku direkam dengan kamera DSLR. Pengamatan dilakukan terhadap dua individu orangutan, Susi dan Peni yang sudah dua sampai tiga tahun dilepasliarkan. Ada tujuh aktivitas harian orangutan pasca rehabilitasi yang dijadikan indikator kesuksesan pelepasliaran yaitu perilaku makan Susi 54% dan Peni 52%, durasi waktu perilaku istirahat Susi dan Peni sama yaitu 17%, begitu juga dengan traveling 9%, aktivitas membangun sarang 1%, interaksi dengan manusia yaitu Susi 1,3% dan Peni 0,6%, perilaku sosial sesama orangutan terlihat bahwa Susi 3% dan Peni 5%, dan perilaku seks tidak ditemukan pada Susi dan Peni. Keberhasilan pelepasliaran orangutan pasca rehabilitasi dapat diketahui dengan menggunakan standar berikut yaitu perilaku makan 56%, berpindah tempat 19%, istirahat 18%, membangun sarang 2,5%, sosial dengan sesama orangutan 2%, bersuara 1%, seks 1%, menghindari predator 0,4%, dan interaksi dengan manusia 0,1%. Dengan menggunakan standar keberhasilan pelepasliaran orangutan pasca rehabilitasi dapat disimpulkan Susi dan Peni belum menunjukkan tingkat keberhasilan pelepasliaran meskipun sudah dilepasliarkan selama dua sampai tiga tahun pelepasliaran.